Kemudian seni inilah yang berkembang menjadi gerakan-gerakan yang mengandung nilai estetika sebuah kesenian yang tinggi sehingga nilai kebudayaan yang terkandung didalamnya sangat kental terasa.
Apalagi ada unsur kesenian yang mendalam dari para leluhur untuk menjadikan tari ini sebagai bentuk seni yang bermakna sehingga dahulunya digunakan untuk ritual persembahan bagi dewa-dewa.
Pada gerakan untuk tari piring ini biasanya meletakan piring di kedua sisi telapak tangan kemudian mengayunkan piring tersebut dengan sedikit memutarkan piring dengan gerakan yang cepat.
Tari ini bernuansa gembira dan cepat temponya sehingga gerakan yang ditimbulkan juga semarak dengan diselingi kedua piring dan mendentingkannya atau dua cincin jari penari terhadap piring yang berada ditangannya.
Dentingan itu menjadi menarik untuk didengarkan ketika masyarakat menyaksikan aksi penari dalam menggerakkan dan mengayunkan piring tersebut sehingga menjadi atraksi yang unik dan menarik.
Setelah itu pada akhir dari tariannya piring yang dibawa oleh penari kemudian dilemparkan ke lantai dan penari kemudian menari diatas pecahan beling kaca dari piring tersebut dahulunya.
Dalam sejarahnya jumlah penari itu biasanya ganjil dalam tarian piring ini bisa 3, 5 atau 7orang penari kemudian menggunakan pakaian yang cerah dan bernuansa merah, kuning disertai penuntup kepalanya.
BACA JUGA:Menyelami Kesenian Tari Kejei, Ekspresi Sakral Adat Rejang Bengkulu dengan Nilai-Nilai Tradisional
kemudian dengan suara iringan alat musik yakni talempong dan saluang yang memainkannya dengan lembut dan dari lambat kemudian menjelma cepat temponya sehingga disesuaikan dengan gerakan tarinya.
Gerakan dari tari piring ini dasarnya dari gerakan silat atau besilek kalau orang Minang mengatakan menjadi unsur yang penting dalam setiap gerakannya yang dinamis dan teratur elok.
Bukan hanya dari gerakan silat yakni percampuran dari gerak tupai bagaluik (tupai begelut), gerakan bungo kambang (bunga bermekar), gerak basiang (sembarangan), gerak bacamin (bercermin) dan lainnya.
itulah menjadi insiprasi dari gerak dari tari piring ini yang merupakan asal mula persembahan ritual untuk para dewa sebagai bentuk ucapan syukur atas limpahan hasil bumi.