BACA JUGA:Kisah Goa Putri di Batu Raja: Karena Tidak Membalas Sapaan Si Pahit Lidah, Sang Putri Menjadi Batu
BACA JUGA:Kisah Si Pahit Lidah : Menikahi Bidadari Bungsu ‘Sanggul Bagulung’
Tanggal 4 Desember 1888 kolonial Belanda akhirnya mengetahui keberadaan Ratu Samban di Bintunan.
Setelah berpindah-pindah dari Ketahun dan Lais, karena aksi dari Ratu Samban ini membuat Kolonial Belanda memuncak amarahnya.
Dan pada akhirnya di tahun 1889, Penjajah Belanda mengeluarkan maklumat ke seluruh negeri.
Akan memberikan hadiah yang besar kepada siapa saja yang bisa menangkap Mardjati atau Ratu Samban.
BACA JUGA:Tak Sekedar Bermain Api, Tari Pepe Pepeka Ri Makka Terinspirasi dari Kisah dan Mukjizat Nabi Ibrahim
Pada tanggal 24 Maret 1889 disaat tengah malam, sosok yang paling dicari-cari kolonial Belanda ini ditangkap.
Dan di eksekusi di atas rakit, sebagaimana 2 pejabat Belanda dieksekusi oleh Ratu Samban.
Akhirnya Ratu samban wafat menjalani hukuman pancung dengan tangan terikat.
Selanjutnya Ratu Samban dimakamkan oleh masyarakat Bengkulu di Desa Bintunan Kecamatan Batik Nau Kabupaten Bengkulu Utara.
BACA JUGA:Bermula dari Kisah Sang Putri Rindu Bulan, Begini Asal Usul Suku Pekal di Bengkulu
Adapun Ratu Samban ini merupakan julukan atau gelar yang diberikan kepada seorang Pesirah.
Yang kalau pada saat ini sama dengan kepala desa.
Mardjati ini diberikan Tanda penghargaan dan penghormatan yang dinilai telah berhasil membela kepentingan rakyat.
Setelah menjadi Pasirah dukarenakan dinilai sudah berjasa melindungi masyarakat dari beban pajak sebesar 30 ribu Gulden.