BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Penyebaran penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) di Kabupaten Kaur semakin mengkhawatirkan.
Meski angka kematian ternak terus meningkat, kesadaran masyarakat untuk memvaksinasi sapi dan kerbau mereka masih sangat rendah.
Dalam satu minggu terakhir, Dinas Pertanian Kabupaten Kaur hanya berhasil menyuntikkan 500 dari 1.000 dosis vaksin yang diterima dari Pemerintah Provinsi Bengkulu.
Hingga saat ini, tercatat sebanyak 150 ternak mati akibat penyakit ini, yang telah menyebar di 7 kecamatan, dengan jumlah kasus tertinggi di Kecamatan Tanjung Kemuning dan Semidang Gumay.
BACA JUGA:Warga Desa Kemang Manis Desak Pemkab Seluma Tindak Tegas Plt Kades Terkait Pemecatan Massal
BACA JUGA:Pengembalian Dana Korupsi Pasar Inpres Bintuhan, Mantan Kepala Dinas Perindagkop Serahkan Rp150 Juta
Dikutip KORANRB.ID Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Kaur, drh. Rakhmad Fajar, mengungkapkan bahwa kesulitan utama terletak pada penolakan masyarakat.
“Kita mengalami kendala untuk penyaluran vaksin, banyak warga yang tidak mau menyuntik hewan ternak mereka,” ujarnya.
Alasan penolakan yang paling umum disampaikan peternak adalah bahwa ternak mereka masih sehat, serta sulitnya menangkap hewan yang dilepasliarkan.
"Rata-rata ternak Kaur ini dilepas liarkan, jadi untuk menangkapnya itu susah," tambah Rakhmad.
BACA JUGA:Kenapa Disebut Ular Sapi, Berikut 5 Fakta Uniknya!
BACA JUGA:8 Pemilik Zodiak Ini Diprediksi Akan Mendapatkan Keberuntungan di Awal November 2024
Banyak ternak masuk ke area kebun sawit dan hutan, membuat proses vaksinasi semakin menantang.
Penyakit ngorok sangat berbahaya dan mudah menular melalui udara.
Begitu tertular, peluang hidup ternak hanya 10 persen, sementara 90 persen lainnya berakhir dengan kematian.