HONDA

Peternak di Kaur Alami Kerugian Rp1,5 Miliar Akibat Wabah Penyakit Ngorok

Peternak di Kaur Alami Kerugian Rp1,5 Miliar Akibat Wabah Penyakit Ngorok

Penyebaran penyakit ngorok yang menimpa ternak sapi dan kerbau--rbkoranid/ruzmanafrizal

BENGKULU,RAKYATBENGKULU.COM - Wabah penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) kini sedang meluas dan menyerang ternak sapi dan kerbau milik masyarakat di Kabupaten Kaur, mengakibatkan kerugian materi yang cukup signifikan.

Hingga saat ini, total kerugian yang dialami oleh para peternak akibat serangan penyakit ngorok ini diperkirakan mencapai Rp1,5 miliar.

BACA JUGA:Genjot Transformasi Digital, 16 Puskesmas di Kaur Bakal Dapat Bantuan Wifi Gratis untuk Tingkatkan Pelayanan

BACA JUGA:Kasus Dugaan Korupsi Pasar Inpres di Kaur Akan Segera Diserahkan ke Pengadilan Tipikor

Walaupun daging ternak yang terkena penyakit ngorok sebenarnya masih bisa dijual dan dikonsumsi, banyak ternak yang sudah tidak bisa dimanfaatkan karena ditemukan sudah dalam kondisi mati.

Menurut Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Kaur, drh. Rakhmad Fajar yang dikutip dari KORANRB.ID, setelah dilakukan penghitungan, total kerugian akibat penyakit ngorok di Kabupaten Kaur mencapai Rp1,5 miliar.

Kerugian ini disebabkan oleh matinya ternak dewasa yang rata-rata dihargai Rp10 juta per ekor.

BACA JUGA:Penangkapan Dramatis! Bandar dan Pengedar Sabu Besar di Kaur Berhasil Dibekuk

BACA JUGA:Minim Kesadaran Vaksinasi, Kasus Penyakit Ngorok di Kaur Kian Mengkhawatirkan

Saat ini, data mencatat bahwa sebanyak 153 ternak sapi dan kerbau di Kaur mati akibat penyakit ini.

“Total hingga kini, sebanyak 153 ekor ternak sapi dan kerbau telah mati akibat penyakit ngorok. Jika dihitung dalam rupiah, kerugian mencapai Rp1,5 miliar,” ujar Rakhmad.

Ia juga menambahkan, jumlah kasus yang terjadi masih terus bertambah, meski tidak secepat sebelumnya.

Dinas Pertanian Kaur masih berupaya memberikan vaksin pada ternak warga meskipun tingkat kesadaran masyarakat terhadap vaksinasi ternak masih rendah.

“Kasusnya masih bertambah, hanya saja tidak sebanyak sebelumnya. Kami masih terus mengupayakan vaksinasi,” jelas Rakhmad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: