RAKYATBENGKULU.COM – Puluhan kapal nelayan di Kabupaten Mukomuko terpaksa tidak melaut akibat ombak besar yang terjadi baru-baru ini, merugikan banyak masyarakat pesisir.
Selain nelayan, masyarakat yang menggantungkan hidup di sekitar pantai juga terdampak, karena ombak besar menyebabkan mereka tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari.
Japri Kuswanto, warga Kelurahan Kota Jaya, Kecamatan Kota Mukomuko, membenarkan bahwa dampak dari cuaca ekstrem ini sangat dirasakan oleh masyarakat pesisir.
Puluhan kapal tradisional yang biasa mencari ikan di laut tidak bisa beroperasi selama tiga hari berturut-turut akibat gelombang tinggi yang memicu ombak besar.
BACA JUGA:KPID Award Bengkulu 2024, Plt Gubernur Dorong Inovasi Penyiaran di Tengah Era Digital
BACA JUGA:Seorang Anak Tega Habisi Nyawa Ayah Kandung Usai Terlibat Cekcok, Ada Luka Tusuk di Leher
"Puluhan kapal nelayan pada Jumat, 6 Desember 2024, kemarin harus putar balik karena tiba-tiba ombak besar datang, sehingga mereka tidak bisa menangkap ikan," jelas Japri.
Selain nelayan, para pedagang yang berjualan di sekitar pantai juga tidak dapat melanjutkan usaha mereka. Ombak besar menghempas hingga ke bibir pantai, merusak beberapa warung dan tempat usaha.
"Warga kami yang berdagang juga harus berhenti karena derasnya ombak yang menghantam warung-warung pinggir pantai. Bukan hanya nelayan yang terkena dampaknya," ungkapnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mukomuko, Ruri Irwandi, ST, MT, mengonfirmasi bahwa saat ini terjadi gelombang pasang di daerah pantai, yang berpotensi meningkatkan bencana hidrometeorologi.
"Di wilayah Bengkulu, termasuk Kabupaten Mukomuko, akan ada potensi pembentukan awan hujan," jelas Ruri, mengingat kondisi cuaca ekstrem saat ini.
BACA JUGA:Dinas Pertanian Kepahiang Alokasikan Rp150 Juta untuk Pengadaan Kambing Burka
BACA JUGA:Polisi Sita Ratusan Botol Miras dalam Operasi Pekat Nala II 2024 dari Wilayah Ini
Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bengkulu, cuaca yang labil menyebabkan kelembapan udara cukup tinggi, yang dapat memicu hujan lebat.
"Waspadai hujan dan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang di wilayah Mukomuko," tambahnya.