RAKYATBENGKULU.COM – Pohon Natal, dengan hiasan lampu, bola warna-warni, dan bintang di puncaknya, telah menjadi simbol ikonik dalam perayaan Natal di seluruh dunia.
Setiap tahun, keluarga-keluarga merayakan momen Natal dengan menghias pohon Natal di rumah mereka, namun tahukah Anda asal-usul tradisi ini?
Pohon Natal tidak muncul begitu saja, melainkan memiliki sejarah panjang yang kaya akan makna budaya dan keyakinan.
Tradisi pohon Natal dapat ditelusuri jauh ke belakang, bahkan sebelum perayaan Natal itu sendiri.
Pada zaman Romawi kuno, bangsa Celtic menggunakan pohon cemara untuk menghormati dewa Matahari.
BACA JUGA:Peta Dana Desa 2025: Alokasi Dana untuk Setiap Desa di Sorong Selatan Provinsi Papua Barat Daya
BACA JUGA:Dana Desa 2025: Desa Mana di Maybrat Provinsi Papua Barat Daya yang Paling Kaya?
Pohon cemara dianggap sebagai simbol kehidupan yang tak pernah mati, mengingat sifatnya yang tetap hijau meskipun musim dingin datang.
Orang Romawi menggunakan daun pohon cemara untuk menghias rumah mereka, sebagai simbol harapan dan kebahagiaan di musim dingin yang suram.
Pada Abad Pertengahan, tradisi penggunaan pohon hijau dalam perayaan religius mulai berkembang di Eropa.
Salah satu asal-usul tradisi pohon Natal yang terkenal adalah dari Jerman pada abad ke-16.
Menurut legenda, umat Kristen mulai membawa pohon cemara ke rumah mereka, yang kemudian dihiasi dengan berbagai ornamen, awalnya berupa makanan seperti roti, yang kemudian berkembang menjadi beragam ornamen lainnya.
BACA JUGA:5 Tradisi Unik Natal di Indonesia yang Mempererat Kebersamaan dan Keberagaman
BACA JUGA:Rincian Lengkap Dana Desa 2025: Tambrauw Provinsi Papua Barat Daya Dapat Jatah Rp164,3 Miliar!
Seiring waktu, lilin pun ditambahkan pada pohon Natal, untuk meniru keindahan bintang-bintang yang bersinar di langit.