RAKYATBENGKULU.COM - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, disebut menjalani puasa khusus selama 36 jam tanpa makan dan minum selama berada di Rumah Tahanan (Rutan) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Informasi ini disampaikan oleh politikus PDI Perjuangan, Guntur Romli, yang menyebut bahwa puasa tersebut dilakukan Hasto sebagai bentuk penggemblengan jiwa dan raga.
“Puasa menyebabkan berat badan Hasto turun enam kilogram,” kata Guntur dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, seperti dikutip dari ANTARANEWS.COM.
BACA JUGA:DPR Panggil Kemenkes hingga FK Unpad, Bongkar Kegagalan Sistem Usai Kasus Pemerkosaan Residen RSHS
BACA JUGA:Emas Antam Melambung, Capai Rekor Baru di Rp1,88 Juta per Gram Hari Ini
Tak hanya berpuasa, Hasto juga rutin berolahraga di dalam tahanan. Ia turut menulis surat yang menggambarkan kondisi fisik dan spiritualnya selama berada di balik jeruji besi.
Surat tersebut diawali dengan ucapan Selamat Idul Fitri 1446 Hijriah serta permohonan maaf lahir dan batin kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam suratnya, Hasto menyatakan bahwa dirinya terus mendoakan bangsa dan negara selama berada di tahanan KPK, terutama demi “perjuangan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan kemerdekaan bagi setiap anak bangsa agar bebas dari rasa takut untuk berbicara.”
BACA JUGA:Pelabuhan Rp 300 Miliar, Gebrakan Bupati Arie untuk Bangkitkan Ekonomi Bengkulu Utara
BACA JUGA:TP PKK Siap Tancap Gas! Meita Elita Arie Fokus Ekonomi Keluarga dan Kesehatan Ibu-Anak
Ia juga menegaskan bahwa masa tahanannya justru memperkuat semangat juang dan olah spiritual.
“Meski di tahanan terjadi kristalisasi nilai dan semangat, Hasto mengingatkan agar jangan pernah takut berjuang bagi keadilan, kemanusiaan, dan kemerdekaan,” tulis Guntur mengutip isi surat tersebut.
Lebih lanjut, Hasto juga menyoroti kondisi perekonomian Indonesia yang menurutnya merupakan dampak dari penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power yang terjadi di pemerintahan sebelumnya.
Oleh karena itu, ia menyerukan kepada seluruh elemen bangsa untuk bersatu mengatasi tantangan tersebut dan menekankan pentingnya supremasi hukum.
“Tanpa hukum yang berkeadilan, tidak ada kemakmuran. Dengan demikian, membiarkan ketidakadilan sama saja dengan membunuh masa depan,” tulis Hasto.