RAKYATBENGKULU.COM - Nilai tukar rupiah diperkirakan berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah pasar merespons negatif pernyataan Presiden AS, Donald Trump, yang kembali menekan Bank Sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunga acuannya.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menjelaskan bahwa tekanan terbaru terhadap dolar AS muncul akibat sentimen pasar yang tidak menyukai pernyataan Trump.
BACA JUGA:Tragedi Cinta Berujung Mutilasi! Pria Bunuh Kekasih Hamil karena Desakan Menikah
BACA JUGA:Pembangunan Pelabuhan Pasar Lama Dimulai, Breakwater Akan Dibangun 749 Meter
Hal ini memberikan angin segar bagi penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
“Tekanan terhadap dolar AS terbaru datanya dari persepsi negatif pasar terhadap pernyataan Trump yang meminta Bank Sentral AS untuk memangkas suku bunga acuannya,” ujarnya dikutip dari ANTARANEWS.COM.
Trump dinilai terlalu jauh mencampuri tugas independen The Fed, yang justru dapat menimbulkan ketidakpastian baru terhadap arah kebijakan moneter AS dan stabilitas ekonominya.
Dalam unggahan di platform media sosial miliknya, Truth Social, pada 17 April 2025, Trump secara gamblang mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap Gubernur The Fed, Jerome Powell, dengan menyatakan:
BACA JUGA:PPP Segera Umumkan Ketua DPRD Seluma 2024-2029, Enam Kader Berpeluang Sama
“Powell’s termination cannot come fast enough!”
Pernyataan ini menegaskan bahwa Trump menginginkan agar Powell segera diberhentikan dari jabatannya.
Bahkan, di hari yang sama, berbagai media internasional juga melaporkan bahwa Trump secara terbuka mengatakan kepada para wartawan:
“Saya (Trump) tidak senang dengan dia (Powell). Saya membuat dia mengetahuinya.”
Kritik keras Trump ini diduga dipicu oleh pandangan pesimistis Powell terhadap prospek ekonomi AS, terutama setelah kebijakan tarif besar-besaran yang diberlakukan Trump sejak awal April 2025.