
Kurangnya serat juga membuat populasi bakteri baik menurun, sehingga meningkatkan risiko infeksi dan peradangan.
3. Kurang Tidur dan Stres Kronis
Kesehatan mental dan pencernaan sangat erat kaitannya.
Kurang tidur serta stres berkepanjangan memengaruhi sumbu otak-usus, menyebabkan perubahan mikrobioma, gangguan motilitas usus, dan mempercepat kerusakan dinding usus.
BACA JUGA:Tanah Lunak Perkuat Guncangan, Pangandaran Dihantam Gempa 5,0 Magnitudo
BACA JUGA:Pelantikan Rifa'i–Yevri Digelar 11 Juni di Kota Bengkulu, Ini Detailnya
Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan kondisi seperti leaky gut syndrome.
4. Gaya Hidup Kurang Aktif
Duduk terlalu lama dan jarang berolahraga juga berkontribusi pada penurunan fungsi pencernaan.
Aktivitas fisik membantu meningkatkan aliran darah ke usus, mempercepat pergerakan makanan, dan mendukung proses detoksifikasi alami tubuh.
Tanpa itu, usus cenderung lebih lamban, lemah, dan mudah mengalami penuaan dini.
BACA JUGA:Penahanan 12 Aktivis Pro-Gaza oleh Israel di Laut Internasional: Ini Fakta-Faktanya
BACA JUGA:Geger! Seorang Ibu di Bengkulu Meninggal di Rumah, Ditemukan Anak dalam Kondisi Mengenaskan
5. Penggunaan Antibiotik Berlebihan
Antibiotik memang bermanfaat untuk infeksi, tapi penggunaan jangka panjang atau tanpa pengawasan dapat merusak mikrobiota usus.
Ketika bakteri baik banyak yang mati, usus menjadi lebih rentan terhadap infeksi, peradangan, dan gangguan metabolik.