Jurnalis India dan Indonesia Memaknai Jurnalisme Data: Seni Menemukan Cerita di Balik Angka dalam Era Digital
Jurnalisme data jadi kunci di era banjir informasi. Bloomberg hingga Investor Trust tekankan pentingnya literasi data, verifikasi, dan framing positif.--dokumen/rakyatbengkulu.com
Sementara itu, Primus Dorimulu, Pemimpin Redaksi Investor Trust, menekankan pentingnya etika verifikasi. Ia mengingatkan bahwa kecepatan publikasi tidak boleh mengorbankan akurasi.
“Komentar bebas, tapi fakta itu suci,” katanya.
Menurut Primus, ada lima disiplin utama dalam jurnalisme verifikasi: cek ulang berkelanjutan, menghadirkan dua sisi, cross-check lintas dokumen dan narasumber, melihat isu dari banyak perspektif, serta menelusuri hingga sumber pertama.
BACA JUGA:BMKG: Bengkulu Akan Lebih Basah Musim Hujan 2025-2026, Siaga Bencana Hidrometeorologi
BACA JUGA:UNIB Ukir Sejarah, Raih Akreditasi Unggul dari BAN-PT di Usia 43 Tahun

Primus Dorimulu, Pemimpin Redaksi Investor Trust, menekankan pentingnya etika verifikasi.--dokumen/rakyatbengkulu.com
Menjaga Martabat Jurnalisme
Lebih jauh, Primus menilai media perlu menjaga martabat manusia dalam pemberitaan. Jurnalisme data, menurutnya, harus mampu membongkar masalah sekaligus menawarkan solusi.
Ia mencontohkan bonus demografi Indonesia pada 2030-an, saat mayoritas penduduk berada di usia produktif. “Ini peluang sekaligus tantangan. Media harus mengawal dengan jurnalisme data yang kredibel,” ujarnya.
Forum yang dihadiri jurnalis muda dari berbagai daerah ini juga membahas peran kecerdasan buatan (AI) di newsroom.
Meski AI dinilai membantu dalam pekerjaan teknis, keputusan editorial dan etika tetap berada di tangan manusia.
“AI output is only as good as human input,” kata Nitin.
Di akhir sesi, para pembicara sepakat: jurnalisme data bukan sekadar soal angka, melainkan seni mengolah informasi agar kredibel, relevan, dan bermanfaat.
“Bangsa besar butuh media yang cerdas dan bertanggung jawab,” tutup Primus.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


