Jurnalisme Politik di Era Post-Truth: Bagaimana Political Reporting Menjaga Akurasi dan Integritas
Sesi Voices of Tomorrow bahas makna baru political reporting di era digital: akurasi, etika, dan kolaborasi jurnalis lintas negara India–Indonesia.--dokumen/rakyatbengkulu.com
BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Di tengah derasnya arus informasi digital, peliputan politik atau political reporting menghadapi tantangan baru.
Bukan sekadar soal kecepatan berita, tetapi juga ketepatan, keberimbangan, dan tanggung jawab etis dalam menyajikan isu-isu yang menyentuh langsung kehidupan publik.
Isu itulah yang menjadi bahasan utama dalam sesi keenam program Voices of Tomorrow: Where Young Journalists Meet Editorial Wisdom, yang digelar secara daring pada Sabtu, 4 Oktober 2025.
Dengan tema “Political Reporting”, kegiatan ini menghadirkan dua figur berpengalaman di bidang jurnalisme politik: Sandeep Unnithan, Pemimpin Redaksi Chakra News (India), dan Uslimin, Pemimpin Redaksi Kabar Bursa sekaligus mantan Komisioner KPU Sulawesi Selatan.
Acara yang dipandu tim India News Desk ini menjadi ruang refleksi bagi jurnalis muda untuk memahami esensi peliputan politik yang berimbang, akurat, dan berpihak pada kepentingan publik di era post-truth yang semakin kompleks.
BACA JUGA:Media dan Perspektif Gender, Ada Kesenjangan Representasi Perempuan di Jurnalisme dan Politik
BACA JUGA:Silaturahmi BPK Bengkulu dengan RBMG, Pererat Sinergi dan Kolaborasi Positif
Menemukan Esensi Baru Political Reporting
Dalam pembukaannya, panitia mengingatkan bahwa jurnalisme politik sejatinya bukan sekadar soal meliput kampanye atau debat antar-elit.
Political reporting adalah soal memahami bagaimana keputusan politik memengaruhi masyarakat, dan bagaimana wartawan menjaga jarak profesional dari bias pribadi maupun tekanan kekuasaan.
Publik sering tidak sadar bahwa mereka membeli perspektif dari kanal berita tertentu. Di situlah peran wartawan: menjaga agar perspektif itu tidak menyesatkan.
Sandeep Unnithan, yang dikenal luas di India sebagai jurnalis investigatif berpengalaman, membuka pemaparannya dengan menggarisbawahi kedekatan historis antara India dan Indonesia.
Ia menyebut, jarak geografis antara Kepulauan Andaman–Nicobar dan Sabang hanya sekitar 80 mil laut, tetapi hubungan kultural dan politik kedua bangsa jauh lebih dekat dari itu.
BACA JUGA:Dinas Pertanian Mukomuko Ajukan Proposal ke Kementerian untuk Perbaikan JUT
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


