Perlu Norma Baru di Masyarakat untuk Cegah Penyebaran Covid-19
JAKARTA - Satgas penanganan Covid-19 mengungkapkan, kasus positif terus meningkat pascalibur Natal dan Tahun Baru. Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 dr. Sonny Harry B Harmadi mengatakan, tren ini terjadi sejak tahun lalu setiap kali ada libur panjang.
Saat ini, klaster yang paling banyak adalah klaster keluarga. Berdasarkan catatan Satgas, lebih dari 40 persen penularan di Jakarta terjadi di keluarga. Ini bisa terjadi karena masyarakat kurang disiplin dalam menerapkan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun serta menjaga jarak saat berada di dalam rumah.
Karena itu, Sonny menilai, harus ada norma baru yang diterapkan masyarakat di masa pandemi ini yaitu saling melindungi. Contohnya, ketika memang harus berkunjung ke rumah kerabat atau saudara tetap harus menggunakan masker dan juga menjaga jarak.
“Saya melakukan ini ketika berkunjung ke rumah ayah saya. Saya bersama anak dan istri selalu memakai masker dan juga face shield. Awalnya ayah saya sulit untuk menerima hal ini karena dianggap kami takut tertular. Padahal bukan itu, justru kami sekeluarga yang takut menularkan karena itu kami tetap menjalankan protokol kesehatan. Jadi harus ada norma baru di masyarakat di masa pandemi ini yaitu melindungi dan dilindungi,” kata Sonny dalam diskusi virtual yang digelar Katadata dengan tema “Meredam Penyebaran Covid-19 di Klaster Keluarga, Jumat (8/1/2021).
Sonny menjelaskan ada tiga jalur penularan di klaster keluarga. Pertama, apabila ada orang luar yang masuk ke rumah, termasuk pesanan makanan atau barang online yang dikirim ke rumah juga tidak diperlakukan dengan benar.
Kedua, apabila ada orang rumah yang harus keluar untuk beraktivitas. Berdasarkan data Satgas, mayoritas pasien di Wisma Atlet tidak pernah keluar rumah. Mereka terpapar oleh anggota keluarga yang keluar rumah.
Ketiga, keluarga yang keluar rumah secara bersaman dan bertemu dengan orang luar. Ini biasanya terjadi saat liburan.
Sonny menambahkan, semakin banyaknya kasus positif membuat Satgas semakin sulit untuk melakukan tracing atau pelacakan. Menurut dia, setiap 1 orang yang positif harus dilacak minimal 30 orang yang pernah melakukan kontak dengan yang bersangkutan.
“Ini artinya ketika kemarin jumlah kasus positif mencapai 9 ribu berarti ada 270 ribu orang yang harus dicari dalam waktu 2 hari. Ini semakin sulit karena biasanya orang yang positif itu lupa dengan siapa saja dia berinteraksi dalam beberapa hari terakhir,” jelasnya.
Karena itu, norma baru melindungi dan dilindungi harus dipraktikkan dan juga dipatuhi. Sonny mengungkapkan, tidak ada larangan untuk bertemu dengan keluarga atau kerabat. Namun, saat bertemu harus tetap menjalankan protokol kesehatan.
“Memang tidak mudah untuk meminta masyarakat agar mau menjalankan prokes saat berkunjung ke rumah sanak-saudara. Tapi ini harus dilakukan agar penyebaran Covid-19 tidak semakin meluas. Ini adalah norma baru di masa Adaptasi Kebiasaan Baru yaitu melindungi dan dilindungi. Pakai lah masker di mana pun juga apalagi kalau tengah berkunjung ke rumah saudara,” jelasnya.
Menurut dia, memakai masker saat berkunjung ke rumah saudara merupakan bentuk kasih sayang agar keluarga tersebut tidak terpapar virus.
“Keluarga adalah wahana pertama dan utama dalam kehidupan manusia jadi kalau ada yang sakit yang menolong pertama bukan orang lain tapi keluarga. Anak belajar bukan dari guru tapi keluarga. Karena itu, mari menyayangi keluarga dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Bukan hanya 3M tetapi setiap kali anggota keluarga ada yang keluar rumah, wajib membersihkan semua peralatan yang dibawa dan kemudian mandi,” pungkasnya. (rls)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: