HONDA

“Between Reality and Dreams”, Pameran Fotografi Ponsel Indra Cibun dan Topik Ajo

“Between Reality and Dreams”, Pameran Fotografi Ponsel Indra Cibun dan Topik Ajo

BENGKULU - Visual Gigs Kolektif memberikan pandangan baru dalam sebuah pameran fotografi. Pameran yang digelar sejak Jumat (28/5) dan ditutup Minggu (30/5) ini, menyiratkan pesan bahwa fotografi tak selamanya harus muncul di ruang virtual, ataupun menggunakan seperangkat kamera mahal, maupun narasi sebagai pendukung cerita dalam foto. "Di pameran kali ini tidak ada narasi terkait tentang teknik dan perangkat yang mendukung dalam pengambilan objek. Hal tersebut dimaksudkan dengan tujuan bahwa kehadiran perangkat canggih bukanlah satu hal utama," ungkap Suyitno a.k.a Dinamika Dunia dalam keterangan resminya, Minggu (30/5). Menurutnya, pengoptimalan atas apa yang ada didukung oleh kemauan dan sudut pandang yang luas dalam menangkap fenomena yang terjadi mampu menghadirkan karya yang tidak hanya sekedar menampilkan estetika yang bersifat keindahan. "Lebih dari itu, bagaimana melalui foto mampu merepresentasikan persoalan di sekitar. Bagaimana sebuah foto mampu bicara dan menjadi media dalam penyampaian pesan tertentu," katanya. Pameran tersebut bertemakan “Between Reality and Dreams” menampilkan karya-karya fotografi dari Indra ‘Cibun’ dan Topik Ajo. Pameran juga digelar di ruang sederhana yang bertempat di Kedai Sungai Padu, Jl. Sungai Padu RT. 3 Kelurahan Pasar Baru, Kota Bengkulu. Karya-karya yang disajikan dalam pameran kali ini mencoba merepresentasikan realitas sosial yang ada. Dalam keseharian kita disadari atau tidak disadari korelasi antara mimpi-mimpi dan kenyataan erat kaitannya dan nyaris tanpa ada sekat pembatas. Dari dua orang pelaku fotografi ponsel ini, dapat dilihat bahwa keduanya memiliki perspektif yang berbeda dalam memaknai mimpi dan kenyataan yang terjadi. Lingkungan sekitar dan tempat dimana mereka berada secara langsung mampu merefleksikan mimpi dan kenyataan dalam pola pikir, sudut pandang, dan laku dalam kehidupan. Ini membuktikan bahwa kepekaan terhadap fenomena di lingkungan dapat menstimulasi pola-pola kehidupan hingga menjadi transformasi sosial. "Hari ini, keberadaan ponsel pintar dengan fitur kamera yang canggih telah membawa kita pada era dimana setiap orang mampu mengabadikan setiap momen dalam satu sentuhan. Memang pada dasarnya kehadiran teknologi diciptakan dengan tujuan mempermudah kerja-kerja manusia dalam keseharian. Namun tentu saja hal tersebut memerlukan perlakuan yang bijak," ungkapnya. Pameran fotografi ini juga diisi dengan rangkain kegiatan berupa diskusi fotografi pada 29 Mei 2021. Kemudian di hari penutupan berupa workshop kamera lubang jarum yang digelar Minggu (30/5). Pameran ini diselenggarakan dalam agenda Visual Gigs Kolektif. Visual Gigs Kolektif merupakan aktivitas kesenian yang hadir sebagai upaya dalam menjawab keterbatasan yang ada dalam aktualisasi wacana kebudayaan daerah. "Hal tersebut dimaksud karena diakui atau tidak, nyatanya kita tengah mengalami krisis akan ruang eksistensi dan hal-hal yang bersifat sebagai bagian dari penunjang dalam proses menuju kontruksi medan sosial kebudayaan yang ideal," katanya. Visual Gigs Kolektif lahir bukan sebagai budaya tanding ataupun budaya banding dari apa yang sudah ada. Bukan juga sebagai wujud sikap apatis. Hanya semacam sub budaya yang berupaya memperluas perpektif melalui keterbukaan dalam membaca kondisi di sekitar yang seringkali terabaikan. Merayakan ritus kebudayaan tanpa harus dibebani oleh urusan-urusan yang di luar jangkauan kapasitas sumber daya yang ada. Menciptakan kesempatan dan membangun ruang apresiasi. "Beruntungnya tanpa sedikitpun rasa khawatir, dengan semangat kolektif kita sangat optimis dalam mewujudkan mimpi bersama dalam membangun ekosistem kebudayaan alternatif di tengah carut marutnya dinamika kebudayaan daerah," bebernya. Secara sederhana Visual Gigs Kolektif berupaya membangun ekosistem kebudayaan alternatif, menciptakan ruang-ruang apresiasi yang tak terbatas pada ruang dan medium konvensional. Bagaimana apresiasi lahir tanpa harus berada pada ruang-ruang yang sarat akan kepentingan dan hal-hal bersifat politis yang hanya menguntungkan satu pihak. Penting untuk diketahui bersama bahwa Visual Gigs Kolektif merupakan suatu gerakan kebudayaan alternatif yang bersifat partisipatif yang dijalankan atas dasar inisiatif dan kesukarelaan individu-individu dan kelompok-kelompok yang teritegrasi, yang dengan senang hati berbagi energi positifnya dan merayakannya dengan gembira. Integritas kolektif ini lahir secara alamiah berkat kesadaran dan nilai apresiasi terhadap sesama. Visual Gigs Kolektif digerakkan secara partisipatif tanpa embel-embel kepentingan yang mengikat dalam aktualisasinya. Kolektif ini berprinsip pada paham kesetaraan yang kemudian menjadikan jalur alternatif sebagai pilihan cara dalam merealisasikan setiap ide, gagasan dan wacana yang ada. Konsep ini dipilih karena alasan yang sangat sederhana sekali. Dimana banyaknya ide, gagasan dan wacana yang ada secara aktual tidak sampai pada proses realisasi atau tidak mampu dimaksimalkan karena berbagai keterbatasan yang menjadi kendala. Sementara ruang-ruang alternatif mampu diupayakan sebagai metode yang sangat mungkin untuk ditempuh dalam rangka menjawab persoalan klasik yang tak kunjung usai. Upaya tersebut diasumsikan sebagai penyederhanaan cara dalam proses membangun suatu ekosistem. Keengganan dalam menempuh jalur konvensional bagi Visual Gigs Kolektif adalah sikap, bukan suatu ketidakmampuan. Karena bicara tentang kemampuan merupakan potensi yang mampu dikembangkan, sementara sikap merupakan nilai yang merujuk kepada suatu prinsip yang tidak dapat ditawar. Bagaimanapun, Visual Gigs Kolektif tidak ingin kehilangan nilai dan entitasnya yang sudah terbangun dan terjaga sampai saat ini. Dimana modal sosial dan prinsip kesetaraan merupakan nilai utama yang kita junjung tinggi keberadaannya. Maka, mengapresiasi nilai tersebut diwujudkan melalui agenda Visual Gigs Kolektif yang tidak tersentuh oleh kepentingan dan hal-hal yang bersifat politis. Ini merupakan suatu pernyataan yang menegaskan kembali tentang definisi Visual Gigs Kolektif sebagai entitas, bukan komunitas, bukan juga komoditas. Dengan keberadaan Visual Gigs kolektif, hal-hal yang meliputi penghargaan atas suatu nilai dan entitas kebudayaan merupakan mimpi bersama yang dapat terwujud. Hal tersebut merupakan suatu hal yang sangat logis untuk dicapai. Kerja-kerja kolektif ini tidak akan terhenti sebatas itu saja. Karena sangat disadari bahwa dalam rangka membangun ekosistem kebudayaan merupakan kerja jangka panjang. Maka, dapat disimpulkan bahwa dalam perjalanannya tidak ada suatu hal yang bersifat final. Karena ide, gagasan dan wacana kebudayaan sejatinya bersifat dinamis dan fluktuatif. Kehadiran VGK #8 membuktikannya. (van/rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: