Beranjak dari Keterpurukan, Siapkah Ekonomi Bengkulu Bangkit Kembali?
BERKACA sejak tanggal 31 Maret tahun 2020 yang menjadi awalan bagi Provinsi Bengkulu dalam menghadapi keterpurukan akibat pandemi Covid-19 yang sebelumnya telah melanda 31 provinsi lainnya di Indonesia, dapat dikatakan bahwa kejadian ini memberikan dampak yang luar biasa. Hampir di seluruh belahan dunia dan hampir pula menguasai semua bidang kehidupan masyarakat, salah satunya adalah bidang ekonomi dan kesejahteraan.
Satu tahun lebih telah berjalan, laporan perekonomian Provinsi Bengkulu per Agustus 2021 dari Bank Indonesia menyatakan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan dari 3.08% menuju 3,72% selama satu tahun (Februari 2020-Februari 2021). Angka yang cukup signifikan mengalami peningkatan jika dilihat kurun waktunya, yakni satu tahun. Begitu pula halnya dengan jumlah masyarkaat yang masuk dalam kategori pengangguran di Provinsi Bengkulu sudah mencapai angka 40.329 orang atau meningkat sebesar 18,98% dari sebelumnya 33.896 orang.
Begitu pesatnya angka pertumbuhan pengangguran yang selalu meningkat di Provinsi Bengkulu sehingga berjalan seirama dengan angka pertumbuhan penduduk yang bertambah sebanyak 295.152 jiwa berdasarkan data sensus penduduk 2020 dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Tentu saja, harapan demi harapan dari masyarakat, angka pertumbuhan penduduk ini tidak menjadi beban moril dalam pertumbuhan angka pengangguran nantinya,
Namun secara realitas, yang terjadi selama masa pandemi Covid-19 saat ini adalah beberapa korporasi mengambil kebijakan yang tidak memiliki pilihan lain, yaitu merumahkan para karyawan. Lalu menyebabkan pendapatan berkurang, konsumsi mau tidak mau ikut berkurang dan pada akhirnya roda perekonomian menjadi tersendat serta sulit untuk berputar secara normal.
Segala sektor telah bekerja keras, menunjukkan sinergitas yang terbaik untuk memulihkan kembali keadaan. Suatu pembuktian, bahwa saat ini beberapa daerah di Provinsi Bengkulu sudah kembali menjadi zona hijau, yakni Lebong dan Kaur berdasarkan data dari CNBC Indonesia. Namun, pada beberapa titik di Kota Bengkulu dan kabupaten lain saat ini sudah menunjukkan kasus covid-19 yang semakin melandai sehingga masuk dalam kategori zona hijau.
Jika dipantau dari data Pemerintah Provinsi Bengkulu yang menunjukkan angka Covid-19 hingga 17 November 2021 adalah 23.105 kasus positif Covid-19 namun sebanyak 22.672 kasus telah dinyatakan sembuh sedangkan 405 kasus telah meninggal dunia. Artinya, saat ini Provinsi Bengkulu hanya menyisakan 28 kasus yang masih dinyatakan positif Covid-19. Angka yang dapat memberikan gambaran positif mengenai kasus Covid-19 yang semakin melandai.
Hasil kerja keras juga dapat dibuktikan dengan semakin baiknya pula pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2021 meningkat sebesar 6,29% dari hasil Laporan Keuangan Provinsi Bengkulu Bank Indonesia. Sebuah suntikan harapan bagi Provinsi Bengkulu untuk dapat terus semangat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya, bukan?
Dalam situs resmi Pemerintah Provinsi Bengkulu, Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah pun saat ini mendukung penuh berbagai sektor dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi Bengkulu yang semakin menuju trend positif saat ini. Salah satunya melalui literasi digital.
Pemahaman masyarakat dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Provinsi Bengkulu memang harus menjadi modal utama bagi pemerintah dalam mewujudkan harapan untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 yang datang secara tiba-tiba. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan keadaan saat ini. Salah satunya seperti dukungan penuh dari pemerintah untuk memperkokoh perekonomian masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Yakni dengan program khusus bagi para pelaku UMKM melalui fasilitas, baik dari segi pendanaan maupun pelatihan. Pemerintah harus benar-benar memikirkan bahwa program bagi UMKM akan sampai tepat sasaran dengan pengaplikasian yang benar-benar tepat.
Dukungan yang diberikan pada masyarakat bukan hanya menyangkut mengenai teknisnya saja, melainkan juga mengenai administrasi yang lebih dipermudah bagi masyarakat yang ingin membuka usaha. Tentunya agar memberikan stimulus pada masyarakat yang ingin kembali bangkit pada keterpurukan ekonomi.
Selain itu, perhatian yang diberikan pada masyarakat juga menimbang sisi humanis, misalnya melalui pihak bank yang memberi keringanan dalam pembayaran baik dari waktu maupun bunga yang diberikan. Dalam kondisi real, bank selaku lembaga intermediasi dalam dunia usaha dan ekonomi mempertemukan dua pihak yang berbeda kepentingan baik dalam penghimpunan dan penanaman dana, maupun dalam jasa layanan perbankan lainnya, termasuk jasa layanan lalu lintas pembayaran (khusus bank umum).
Artinya, bank memiliki peran yang berhubungan dengan sistem kredit dari masyarakat atau lebih spesifikasi pada para pelaku usaha sehingga pada masa pandemi covid-19 yang membuat roda perekonomian terpuruk dengan dibuktikan semakin meningkatnya angka pengangguran. Maka kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup juga semakin sulit dan akan merasa sangat terbantu sekali dengan sistem yang diberikan dari pihak bank terhadap keringanan pembayaran maupun bunga yang diberikan.
Dengan demikian, melihat waktu yang terus berjalan dengan segala hal yang telah dilewati, maka saat ini dapat dikatakan bahwa masyarakat Bengkulu memiliki harapan untuk bangkit kembali. Tentu saja dengan kerja sama yang seimbang antara pemerintah dan masyarakat hingga pada akhirnya kehidupan pascapandemi yang harus menjadi perhatian utama kita saat ini. (*) Oleh: Aldila Vidianingtyas Utami Penulis merupakan lulusan S2 Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu juga seorang jurnalis di salah satu media swasta Bengkulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: