Elon Musk Prediksi Krisisis Ekonomi Global di Tahun Ini
GLOBAL, rakyatbengkulu.com - Bos Tesla Elon Musk menyampaikan kabar tak baik bagi pelaku ekonomi di jagad raya. Awal tahun 2022, petinggi perusahaan teknologi itu meramal krisis ekonomi besar berskala global bakal terjadi.
Dirinya yang diketahui masuk ke dalam daftar salah satu orang terkaya di dunia ini pesimis, kalau perekonomian di dunia di tahun ini akan baik-baik saja.
BACA JUGA: Bursa Direktur Utama Bank Bengkulu Diperpanjang
Dengan kata lain, Elon Musk memprediksi krisis ekonomi (atau krisis keuangan) akan terjadi tahun ini.
Tetapi dia tidak menjelaskan secara rinci mengapa dia berpikir demikian dan apakah akan ada sesuatu atau alasan lain seperti resesi hebat atau hanya sesuatu yang “biasa”.
Prediksinya ini dia sampaikan dalam sebuah komentar di Twitter melalui akun pribadinya di bawah tweet yang membahas perusahaan unicorn global.
Penulis memposting daftar unicorn dan bertanya berapa banyak unicorn yang akan bertahan dalam lima tahun ke depan.
Musk menjawab, petinggi Tesla dan SpaceX ini menjawab jika sejarah bisa dijadikan acuan, maka tidak banyak orang (perusahaan) yang bisa bertahan dari resesi berikutnya.
“Memprediksi makroekonomi itu menantang. Perasaan saya, mungkin sekitar musim semu atau musim panas 2022, tetapi tidak lebih dari 2023,” cuitnya lewat Twitter @elonmusk.
Memang sejauh ini belum ada hal yang bisa mendasari prediksi Elon Musk tentang kondisi di 2022 yang mungkin mengalami krisis ekonomi. Namun, cuitan tersebut terus menggaung di Twitter selama beberapa hari terakhir ini.
Ada pendapat bahwa resesi yang dimaksud Musk akan dimulai dengan aksi jual saham oleh perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat (AS).
Menurut Doug Ramsey, kepala investasi untuk Leuthold Group, dikutip via Gizmochina, dia mengatakan, pasar saham di AS tengah dalam titik tinggi.
BACA JUGA: Lihatlah Keindahan Tersembunyi Curug 9
Tidak ada dana baru di luar pasar saham. Dana saham, menurutnya diakumulasikan dalam beberapa perusahaan terkemuka.
Pembiayaan Sulit
Dengan begitu, valuasi perusahaan lain berada pada level yang rendah dan pembiayaan menjadi lebih sulit.
“ketika S&P 500 ditutup pada level tertinggi 52 minggu, 334 perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek New York mencapai level terendah 52 minggu, lebih dari dua kali lipat jumlah yang menandai tertinggi baru satu tahun. Itu hanya terjadi tiga kali dalam sejarah, semuanya pada Desember 1999,” ujarnya.
Seperti sudah dijelaskan di atas, singkatnya, pasar saham AS berada pada titik tinggi. Tidak ada cukup dana baru di luar pasar saham. Dana saham AS diakumulasikan dalam kumpulan beberapa perusahaan terkemuka.
Sehingga valuasi perusahaan lain berada pada level yang rendah. Sederhananya pembiayaan akan menjadi lebih sulit.
Apalagi, kebijakan moneter Federal Reserve cenderung konservatif. Artinya situasi likuiditas yang ketat semakin meningkat.
Pengguna Twitter lainnya percaya bahwa tingkat inflasi di Amerika Serikat telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah.
BACA JUGA: 18 Perusahaan Peringkat Merah
Hal ini dianggap sebagai tanda yang jelas bahwa harga barang-barang di toko-toko ritel yang dia amati telah meningkat dalam enam bulan terakhir. (jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: