HONDA

35 Hektare Sawah Terancam Gagal Tanam Akibat Kesulitan Air

35 Hektare Sawah Terancam Gagal Tanam Akibat Kesulitan Air

BENGKULU, rakyatbengkulu.com -  Menjelang musim tanam Februari ini, sejumlah petani yang bercocok tanam di area persawahan cugung kecil sekitar Danau Dendam Tak Sudah belum bisa membajak sawah karena kekurangan air. “Air Irigasi memang ada, tapi tidak sampai ke sawah. Kalau kondisi begini saya tidak bisa membajak sawah, sementara yang lain sudah mulai menanam padi,” jelas salah satu petani, Wandi (53).

Keluhan yang sama disampaikan Yulian (67) yang memiliki sekitar seperempat hektar lahan sawah. Dari tahun 2020 ia sudah dua kali mengalami gagal panen akibat kekurangan air. “Hampir 35 hektar lahan sekitar sini kekurangan air, dan karena kekurangan air saya pernah 2 kali gagal panen, panen terburuk pernah hanya dapat 9 karung dari luas lahan sawah saya yang maksimalnya bisa mencapai 35-40 karung," jelas Yulian.

Petani lainnya, Iskandar (63) mengatakan kekurangan air itu diakibatkan saluran irigasi sekunder di area ini sudah sangat memprihatinkan bahkan ada yang sudah jebol. Kondisi itu sudah  5 tahun dan belum diperbaiki. “Irigasi ini tidak ada lantai saat dibangun dulu, saya sudah ingatkan saat itu. Tetapi oleh pekerjanya dibilang bakal tahan, tetapi nyatanya sekarang banyak bocor,” ujar Iskandar.

Terpisah Kepala Seksi Lahan dan Irigasi Dispangtan Kota Bengkulu, Marwan menjelaskan kekurangan air yang menimpa para petani bukan karena irigasi rusak. Namun disebabkan kapasitas air Danau Dendam Tak Sudah terbatas karena mengalami penyusutan. Sedangkan untuk persoalan irigasi yang rusak merupakan kewenangan Dinas PUPR Kota Bengkulu.

“Kekurangan air karena hampir semua petani menggunakan air untuk mengolah tanah. Sementara kapasitas air dendam terbatas, untuk saluran sekunder silahkan koordinasi kepada PUPR Kota Bengkulu,” jelas Marwan.

Sedangkan langkah untuk mengatasi terbatasnya air irigasi untuk petani, Marwan belum memiliki solusi. “Penyusutan air danau dikarenakan pendangkalan akibat endapan di dasar danau dan wilayah resapan air banyak berkurang karena jadi perumahan dan kebun sawit. Untuk lebih jelas bisa juga koordinasi dengan BKSDA,” tutup Marwan. (cw4)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: