Rumah singgah Kosong, Gepeng di Jalan Berkeliaran
: Rumah Singgah Harapan dan Doa Kota Bengkulu kemarin kosong tidak ada penghuni lagi. foto: dok rb--
BENGKULU, RAKYATBENGKULU.DISWAY.ID – Program Rumah Singgah Harapan dan Doa Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu, sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan pada gelandangan dan pengemis (Gepeng) belum berjalan maksimal.
Rumah singgah yang telah beroperasi selama empat bulan ini, malah dibiarkan kosong dua bulan terakhir. Saat dikunjungi RB, Jumat (8/7) tak ada aktivitas penghuni rumah singgah.
Sekretaris Rumah Singgah Nabila Intan Karimah, SH tak menampik Rumah Singgah dalam keadaan kosong.
Pada Maret, April dan Mei lalu lanjutnya, Rumah Singgah dihuni sejumlah gelandangan, pengemis, manusia silver, badut jalanan dan anak pencandu lem untuk mendapatkan pembinaan.
BACA JUGA: Pemberi Uang di Persimpangan Didenda, Badut dan Anak Jalanannya Diapakan?
“Namun, di bulan Juni hingga Juli belum ada gepeng yang masuk lagi,” tambahnya.
Dari data terhimpun RB, penghuni rumah singgah Maret sebanyak 34 orang, bulan April 6 orang dan Mei ada 7 orang menerima pembinaan di Rumah Singgah.
Penghuninya didominasi laki-laki sebanyak 34 orang, dari keseluruhannya. Disampaikan Nabila, jumlah gepeng di jalanan berkurang dari sebelumnya setelah dilakukan pembinaan oleh Dinsos.
“Kalau saat ini Gepeng sudah berkurang, kebanyakan mereka takut dan tidak mau lagi melakukannya, karena sudah dibina dan melakukan perjanjian untuk tidak mengulangi,” jelasnya.
Namun dari pantauan lapangan, di persimpangan lampu lalu lintas jalan protokol, tampak sejumlah gepeng masih banyak berkeliaran.
BACA JUGA: Jembatan sudah Rusak Parah, yang Lewat Hati-hati
Mulai dari anak-anak hingga dewasa dan lanjut usia. Dengan tampilan badut, pengamen, manusia silver, gangguan mental, anak pecandu lem hingga orang buta.
Mengenai hal ini, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bengkulu, Dra. Rosminiarty menjelaskan tugas Dinsos adalah melaksanakan sosialisasi dan pembinaan.
Adapun melakukan penertiban/penangkapan para Gepeng lanjutya, adalah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dalam hal ini, pihaknya dalam posisi menunggu.
“Kami tidak bisa melakukan penangkapan dan membawanya langsung ke sini, itu tugasnya Satpol PP. Dan pada bulan Juni-Juli belum ada penangkapan, sehingga Rumah Singgah dalam keadaaan kosong,” terangnya.
BACA JUGA: Jangan Kaget, Per Hari Ini BBM dan Gas Naik
Dalam penangkapan atau penertiban biasanya dilakukan dengan operasi gabungan antara Satpol PP dan Dinsos.
“Tetapi dalam prakteknya itu tidak efektif, banyak para gepeng kabur saat melihat kami (berseragam dan ramai, red) dari kejauhan,” tambahnya.
Mengenai para Gepeng yang masih banyak berkeliaran di jalan, menurutnya kebanyakan adalah wajah baru.
“Yang sudah masuk Rumah Singgah kemungkinan besar tidak akan mengulangi lagi, karena sudah diberi peringatan dan melakukan perjanjian.
Kita sudah tegaskan kalau ketangkap lagi akan dipidanakan sesuai peraturan yang berlaku,” tegasnya.
Dia menambahkan, dalam hal penganggaran pembinaan masih terbatas untuk konsumsi para binaan saja. Pembinaan selama tujuh hari, setiap programnya hanya terbatas pada kegiatan religi, kedisiplinan dan pembangunan kesadaraan.
Pada beberapa kegiatan diupayakan gratis, seperti mengundang penceramah sukarela. Sehingga program-program strategis seperti pemberian pelatihan sesuai minat bakat belum bisa terlaksana.
“Program-program minat bakat itu sudah direncanakan, sekarang masih dalam proses, seperti mengadakan MoU kepada beberapa pihak yang mau memberi ruang pelatihan bagi para binaan nantinya,” tambahnya.
Dia berharap pelaksanaan pembinaan di Rumah Singgah dapat berjalan secara maksimal, dengan didukung anggaran yang cukup.
BACA JUGA: Direktur RSUD Mundur, Alasannya?
Lalu penertiban dilakukan secara rutin dari pihak Satpol PP, keterlibatan pihak-pihak ketiga untuk memberi ruang pelatihan dan masyarakat tidak memberikan uang pada gepeng saat di jalan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: