Pengacara: Jenazah Yosua Penuh Luka Memar dan Sayatan
kamaruddin--
JAKARTA, rakyatbengkulu.disway.id – Dugaan adanya penyiksaan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat sebelum penembakan semakin menguat.
Pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak membeberkan fakta-fakta yang mendukung dugaan itu. Diantaranya kondisi jenazah Yosua yang penuh luka memar bekas pukulan dan sayatan senjata tajam.
Kamaruddin menyebut kondisi jasad penuh luka itu tergambar dalam foto-foto yang diambil sebelum pemakaman Yosua. Sejumlah ponsel keluarga Yosua sebelumnya sempat mengalami peretasan oleh pihak tidak bertanggung jawab, namun beruntung foto-foto tersebut bisa diselamatkan.
BACA JUGA:CCTV dan HP Yosua Masih Misterius
”Foto-foto itu ada back-up-nya,” kata Kamaruddin saat dihubungi Jawa Pos, kemarin (17/7). Dari foto-foto itu, kata Kamaruddin, dapat dilihat bahwa selain bekas luka tembak, ada pula beberapa luka yang diduga bekas pukulan dan robekan akibat benda tajam di tubuh Yosua. Diantaranya terdapat di tangan, kaki, belakang telinga dan di dagu sampai ke leher.
”Lubang telinganya bengkak, sampai rahangnya itu berpindah,” ujar advokat asal Medan itu. Bukan hanya itu, ada pula luka memar di bagian bahu dekat tulang selangka.
Sekilas, kata Kamaruddin, bagian tubuh itu tampak rusak. Kerusakan parah yang diduga akibat penyiksaan juga terlihat di bagian jari-jari tangan.
BACA JUGA:Versinya Mabes, Begini Kronologi Adu Tembak di Rumah Pejabat Polri, Seorang Brimob Tewas
”Pertanyaannya itu luka setelah ditembak atau sebelum ditembak?” kata pengacara yang ditunjuk sebagai kuasa hukum keluarga Yosua tersebut.
Sederet fakta bekas luka di sekujur tubuh itu membuat Kamaruddin berkeyakinan bahwa Yosua mengalami penganiayaan dan penyayatan atau disiksa lebih dulu sebelum ditembak.
Keyakinan itu tentu berseberangan dengan penjelasan resmi Polri yang menyebut bahwa Yosua tewas karena baku tembak dengan Bharada E.
”Kalau itu luka setelah ditembak, untuk apa lagi tangannya dirusak, kakinya ditusuk, bahunya juga dirusak, dan perutnya memar seperti pukulan benda tumpul?” terangnya.
Atas nama keluarga Yosua, Kamaruddin menegaskan pihaknya akan terus menyuarakan kejanggalan-kejanggalan peristiwa tewasnya ajudan Kadivpropam Irjen Pol Ferdy Sambo tersebut.
BACA JUGA:Bikin Haru, Jenazah Brigadir J Dibawa Langsung oleh Sang Adik, Anggota Polri Juga
Kamaruddin menegaskan bahwa narasi baku tembak di rumah dinas Kadivpropam yang bermula dari pelecehan jelas tidak bisa diterima.
Sebab, sebelum meninggal, tepatnya pukul 10.00, Yosua sempat menelepon pihak keluarga tengah berada di Magelang menuju Jakarta bersama Kadivpropam dan istrinya.
”Estimasi perjalanan itu sekitar tujuh jam, berarti sampai di Jakarta pukul 5 sore,” paparnya. Merujuk keterangan resmi Polri, Yosua terlibat adu tembak dengan Bharada E pukul 17.00.
”Kalau tewasnya jam 5 sore, kemungkinan besar tewasnya bukan di rumah itu (Kadivpropam, Red), tapi di tempat lain,” imbuh advokat yang punya hubungan saudara dengan ibu Yosua tersebut.
Di sisi lain, Komisioner Komnas HAM M. Choirul Anam menyebut pihaknya mendapat banyak keterangan dari pihak keluarga Yosua di Jambi. Komnas HAM juga sudah mengantongi foto-foto dan video yang berkaitan dengan peristiwa meninggalnya Brigadir Yosua.
BACA JUGA:Ibu Brigadir J dalam Guncangan Hebat, Hasil Pemeriksaan Dokkes Polda Jambi
”Kami juga diberikan konteks, foto-foto itu diambilnya gimana, konteksnya apa,” terangnya.
Langkah Komnas HAM menemui pihak keluarga di Jambi merupakan bagian dari upaya mengungkap tabir misteri kematian Yosua. Anam menyebut, dari langkah itu pihaknya akan mengumpulkan keterangan dari pihak-pihak lain yang terkait.
”Bertemu dengan keluarga adalah langkah pertama kami, setelah itu kami pasti akan panggil teman-teman di pihak lain,” imbuhnya.
Sementara itu, Jawa Pos kemarin menyambangi RS Bhayangkara Tk. 1 R. Said Sukanto (RS Polri) di Kramat Jati, Jakarta Timur. RS tersebut ditengarai menjadi lokasi pengurusan jasad Yosua pasca insiden di rumah Kadivpropam Jumat (8/7) lalu.
BACA JUGA:Di Depan Liang Lahat (Alm) Brigadir J, Ibu: 'Bangkit Rohmu, Biar Terungkap Ini Semua'
”Kebanyakan baru tahu (kalau dibawa ke RS Polri) setelah viral hari Senin (11/7) itu,” kata salah seorang petugas RS Polri. Petugas yang tidak ingin disebut namanya itu tidak tahu persis kronologi pasti kapan jasad Yosua tiba di RS Polri. Sebab, pada saat itu, dia sedang libur.
”Setahu saya nggak banyak yang tahu. Ketika ramai baru pada tahu kalau jenazah sempat dibawa ke sini (RS Polri, Red),” ungkapnya.
Yang menarik, lanjut petugas tersebut, kemarin pagi ada rombongan anggota polisi yang datang ke RS Polri menggunakan ambulans. Mereka meminta petugas untuk menghapus rekaman CCTV, khususnya yang mengarah ke jalur masuk kendaraan.
BACA JUGA:Istri Tewas Mengenaskan, Ada Bekas Luka Jeratan di Leher
”CCTV di tempat parkir juga diminta dihapus,” tuturnya. Petugas itu tidak tahu persis alasan penghapusan memori CCTV tersebut. Namun, dia menduga ada kaitannya dengan peristiwa tewasnya Brigadir Yosua.
”Di sini (RS Polri, Red) sudah biasa begitu, kalau ada kasus pasti CCTV minta dihapus,” paparnya.
Sementara Korps Bhayangkara berupaya memperkuat proses pembuktian ilmiah dalam kasus penembakan Brigadir Yosua. Salah satunya dengan mengkombinasikan bukti ilmiah itu dengan keterangan saksi.
Bukti ilmiah tersebut diharapkan bisa menghindari spekulasi-spekulasi dalam kasus penembakan di kediaman Kadivpropam Irjen Ferdy Sambo. Kadivhumas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, jangan sampai kasus tersebut dianalogikan dengan tanpa bukti ilmiah. Serta, bukan orang yang ahli dalam bidangnya.
BACA JUGA:Jasad di GOR Curup Tewas Dibunuh, Ada Luka di Sekujur Tubuh
“Ini justru bisa memperkeruh keadaan,” terangnya.
Tim gabungan internal dan eksternal melakukan beberapa langkah pendekatan scientific crime investigation. Seperti, kedokteran forensik berupaya merampungkan hasil otopsi.
“Laboratorium forensi juga melakukan uji balistik dari proyektil, selongsong dan senjata api,” jelasnya.
Selanjutnya, ada sejumlah langkah yag ditempuh di tempat kejadian perkara. Dia mengatakan, Inafis Polri melakukan olah TKP untuk menemukan sidik jari dan deoxyribonucleic acid (DNA). “Jarak dan sudut tembakan juga dicari,” urainya.
BACA JUGA:Di Jalinbar, Mahasiswa Ipuh Tewas
Petugas saat ini juga masih berupaya menemukan closed circuit television (CCTV) baik di dalam dan luar rumah. Bahkan, handphone dari korban penembakan juga sedang coba ditemukan.
“Semua dilakukan,” ungkapnya. Tak hanya otopsi, uji balistik, dan oleh TKP, Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) juga melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi.
“Pembuktian ilmiah dan pemeriksaan saksi dilakukan pararel atau sejajar,” jelasnya.
Yang cukup menarik, kendati tim gabungan dan Dittipidum dikerahkan. Ternyata penyidik dari Polres Metro Jakarta Selatan masih juga menangani kasus tersebut.
“Dittipidum akan berikan asistensi,” tegasnya. Langkah selanjutnya, nantinya setiap bukti ilmiah itu akan dilihat kesesuaiannya dengan hasil pemeriksaan saksi-saksi. Dengan semua proses itu, diharapkan fakta yang sebenarnya akan terungkap. “Polri akan menyampaikan secara obyektif, mohon bersabar. Tim sedang bekerja,” ujarnya. (Tyo/Idr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: