BANNER KPU
HONDA

Kisah Seorang Wartawan Muda

Kisah Seorang Wartawan Muda

Ini kisah tentang seorang wartawan muda yang menulis artikel Seandainya Aku Seorang Belanda.--dokumen/rakyatbengkulu.com

Di sinilah keberkahan itu dimulai. Sang wartawan muda itu diasingkan ke negeri Belanda selama 6 tahun (1913-1919). Selama di pengasingan itu, dia melahap habis semua bacaan. Fokusnya pada pendidikan.

Dia melihat pendidikan masalah utama bangsanya. Kebodohan membuat bangsa asing leluasa menjajah negeri sampai ratusan tahun.

Sang wartawan muda itu kemudian berkenalan dengan pemikiran tokoh-tokoh pendidikan Eropa. Dia aktif di Indische Veeenging (organisasi pelajar asal Indonesia). 

Di Belanda dia mulai memperkenalkan istilah Indonesia dengan mendirikan Indonesisch Pers Bureau (kantor berita Indonesia).

BACA JUGA:Dikbud Rejang Lebong Kembali Akan Lakukan Regrouping Sekolah, Menuju Peningkatan Kualitas Pendidikan

Sang wartawan memang bukan orang pertama memunculkan sebutan Indonesia. Jauh sebelum itu, 1850, penggunaan istilah Indonesia sudah dimunculkan Georga Windsor Earl asal Inggris dan James Richardson Loga asal Scotlandia.

Sang wartawan muda itu juga berkenalan dengan gagasan pendidikan Friedrich Wilhelm August (1782-1852) tentang permainan sebagai media pembelajaran dan gagasan Maria Montessori (1870-1952) yaitu memberi kemerdekaan kepada anak-anak. Tokoh pendidikan lain yang mempengaruhinya adalah Froebel.

Pergulatan pikiran bersama tokoh-tokoh pendidikan Eropa itu menginspirasi sang wartawan. Satu tekad tertanam. Bangsaku harus merdeka. Rakyatku harus berpendidikan.

Selama pengasingan itu, sang wartawan merintis cita-cita untuk memajukan pendidikan di tanah air.

BACA JUGA:Pentingnya Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila sebagai Sarana dalam Sosialisasi PIP di Masyarakat

Sepulang dari Belanda, rintisan itu direalisasikan. Dia dirikan Nationaal Onderwijs Institut Taman Siswa atau dikenal Perguruan Taman Siswa.

Titik tekannya membangkitkan rasa kebangsaan (nasionalisme). Belanda semakin resah. Terbit larangan bagi Perguruan Taman Siswa. Tapi larangan itu kemudian dicabut.

Pengalaman duduk di bangku sekolah Belanda, memberi inspirasi baginya dalam mengenalkan konsep pendidikan Taman Siswa.

Konsep ini merupakan antitesa dari konsep pendidikan Belanda yang berbasis hukuman, perintah dan paksaan. Pendidikan seperti itu menurutnya, mengekang dan menindas anak-anak.

BACA JUGA:Bawaslu Kota Bengkulu Umumkan 65 Peserta Lolos Seleksi Administrasi Panwascam untuk Pilkada 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: