Kisah Roro Mendut yang Rela Berkorban Demi Cinta, Romansa dan Tragedi Cinta Zaman Kerajaan Mataram Islam
Kisah romansa dan tragedi cinta zaman Kerajaan Mataram Islam, Roro Mendut yang rela berkorban demi cinta.--Bing.com/Hendri/Rakyatbengkulu.com
BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Kisah Rara Mendut atau Roro Mendut merupakan cerita rakyat klasik yang terdapat di dalam Babad Tanah Jawi, dimana mengisahkan perjalanan hidup dan tragedi cinta dari seorang wanita cantik dari pesisir pantai Kadipaten Pati yang hidup pada zaman Kerajaan Mataram Islam.
Diketahui Roro Mendut ini hidup pada saat Sultan Agung berkuasa, yaitu di tahun 1613-1645 Masehi, di wilayah Keadipatian Pati yang pada waktu itu Keadipatian Pati dipimpin oleh seorang Adipati bernama Adipati Pragola.
Adapun Adipati ini tertarik akan kecantikan Roro Mendut dan kemudian dia ingin melamarnya namun sayangnya lamaran Adipati ini ditolak mentah-mentah oleh Roro Mendut.
Dimana Roro Mendut menolak sang Adipati dengan alasan dia telah memiliki calon suami pujaan hatinya yang bernama Prana Citra.
BACA JUGA:Kisah Arya Bebed, Anak Gajah Mada yang Baru Diketahui Setelah Remaja
Tidak hanya menolak pinangan dari Adipati Pranagola, Roro mendut ini juga diketahui menolak lamaran dari Tumenggung Wiraguna yang merupakan seorang Panglima Perang Kenamaan dari Kerajaan Mataram.
Akibat penolakan Roro Mendut ini kemudian membawa Roro Mendut ke dalam jurang bahaya.
Dikarenakan pinangannya ditolak, Tumenggung Wiraguna murka dan memerintahkan Adipati Pragola untuk menjatuhi hukuman pajak terhadap Roro Mendut dengan harapan Roro Mendut menyerah dan ingin dinikahi karena tidak sanggup membayar pajak.
Akan tetapi dengan kecerdikannya, ternyata Roro Mendut berhasil memenuhi hukuman untuk membayar pajak, dimana Roro Mendut menjual rokok yang dilem dengan jilatan lidahnya.
BACA JUGA:Legenda Danau Nibung Mukomuko dan Kisah Cinta Sepasang Kekasih yang Penuh dengan Cobaan
BACA JUGA:Putra Mahkota Pun Tak Luput dari Hukuman, Kisah Ratu Shima Penguasa Kerajaan Kalingga yang Adil
Sehingga para penduduk kampung yang pada umumnya terpesona akan kecantikan dari Roro Mendut ini berbondong-bondong untuk membeli rokok tersebut.
Walaupun harga per batangnya dari rokok kretek yang dijual oleh Roro Mendut ini pada saat itu terbilang mahal, namun karena laki-laki mata keranjang pada abad ke 17 pada masa itu menyukai hal-hal yang mampu membangkitkan daya hayal mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: