Efek Toxic Positivity: Mengapa Tidak Semua Hal Harus Terlihat Positif
Cari tahu mengapa nggak semua hal harus terlihat positif dan bagaimana cara menghadapinya dengan lebih sehat!--freepik.com/freepik
RAKYATBENGKULU.COM - Kamu pasti pernah dengar kalimat, “Tetap berpikir positif, ya!” atau “Kamu pasti bisa, jangan sedih!”
Meskipun niatnya baik, terkadang kalimat-kalimat ini justru bisa jadi beban.
Fenomena ini disebut toxic positivity dorongan untuk selalu terlihat positif dan menekan emosi negatif.
Padahal, dalam hidup, nggak semua hal harus selalu baik-baik saja, dan ada kalanya kita butuh waktu buat merasa sedih, kecewa, atau marah.
Nah, di artikel ini, kita akan bahas lebih dalam tentang efek toxic positivity, kenapa ini bisa berdampak buruk, dan cara menghadapinya dengan lebih sehat!
Apa Itu Toxic Positivity?
Toxic positivity adalah konsep di mana seseorang terus-menerus merasa (atau didorong untuk merasa) positif, walaupun sedang dalam situasi yang sulit.
Biasanya, dorongan ini berasal dari lingkungan sosial yang punya ekspektasi tinggi terhadap kebahagiaan, atau dari diri sendiri yang nggak mau terlihat lemah.
Meskipun terdengar baik, toxic positivity malah bisa memaksa kita menekan perasaan negatif, membuatnya seakan-akan nggak valid.
Contoh toxic positivity bisa ditemukan di sekitar kita, seperti:
• “Udah, nggak usah dipikirin. Yang penting senyum aja!”
• “Jangan sedih, kan masih banyak yang lebih susah dari kamu!”
• “Kamu terlalu drama. Stay positive aja!”
Kamu mungkin pernah mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat-kalimat ini tanpa sadar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: