BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Pada saat tubuh merasa lemas dan tidak bertenaga, biasanya kita sering mengonsumsi vitamin untuk menambah stamina.
Namun tahukah Anda kapan pertama kalinya vitamin ini ditemukan? Tak disangka, awal mula vitamin ternyata ditemukan di Indonesia oleh seorang dokter Batavia.
Diketahui vitamin merupakan senyawa organik yang sangat diperlukan oleh tubuh di dalam menjaga kesehatan dan fungsi tubuh agar lebih optimal.
Adapun tubuh manusia ini memerlukan vitamin dalam jumlah yang kecil akan tetapi sangat penting untuk menjaga berbagai fungsi tubuh termasuk metabolisme, sistem kekebalan tubuh, dan juga untuk pertumbuhan sel.
BACA JUGA:Bernilai Ekonomis Tinggi, Lobster Kaya Protein dan Vitamin, Ini 4 Manfaat Lobster untuk Kesehatan
BACA JUGA:Bisa Mengurangi Risiko Cacat Lahir, Ini 7 Manfaat Akar Teratai Bagi Kesehatan, Kaya akan Vitamin C
Sejak dari tahun 1629, manusia meyakini kalau penyakit yang menyerang syaraf dan darah atau penyakit beri-beri ini disebabkan oleh infeksi bakteri.
Berawal dari sinilah manusia juga berinovasi menciptakan obat penawar untuk membasmi bakteri ini.
Akan tetapi 200 ratus tahun kemudian, yang diyakini dan berbagai inovasi yang telah dilakukan tersebut ternyata salah.
Di tahun 1889 dari laboratorium rumah sakit militer Weltevreden (RSPAD Gatot Subroto) di Hindia Belanda (Indonesia) terdapat suatu temuan baru dari seorang dokter Batavia yang bernama Christiaan Eijkman.
BACA JUGA:6 Manfaat Quinoa Bagi Kesehatan, Ibu dari Biji-bijan di Seluruh Dunia
BACA JUGA:5 Buah Anti Pikun Ini Bagus untuk Dikonsumsi, Diyakini Ampuh Tingkatkan Daya Ingat
Dimana dia mematahkan semua temuan atau inovasi sebelumnya mengenai Penyakit Beri - beri lewat eksperimen terhadap ayam yang sudah terinfeksi beri-beri.
Mengutip dari Sejarahwan Universitas Sydney Hans Pols dalam Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para Dokter Indonesia (2019), diceritakan pada awalnya ayam diberi makan beras putih halus.
Tidak lama setelah itu, ayam menunjukkan gejala beri - beri, makanan ayam kemudian diubah menjadi beras kasar dan ayam tidak lagi mengalami gejala yang serupa.