
RAKYATBENGKULU.COM - Belakangan ini, kue lapis menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama setelah beberapa konten kreator melakukan perbandingan antara berbagai brand ternama yang memproduksi kue lapis satu dan lainnya.
Mereka membahas cita rasa dan tekstur kue lapis dari brand-brand tersebut diantaranya milik codeblu, ci mehong dan mamitoko yang ternyata sukses menarik perhatian banyak netizen.
Namun, dibalik viralitas kue lapis ini, ada filosofi yang lebih dalam yang berkaitan dengan tradisi Imlek, dimana kue lapis menjadi hidangan yang tak hanya dinikmati karena rasanya, tetapi juga karena maknanya.
Kue Lapis dan Filosofi Imlek
Kue lapis, yang dikenal dengan lapisan warna-warni yang mencolok, bukan hanya sebuah makanan manis yang nikmat.
Dalam tradisi Imlek, kue lapis juga memiliki makna simbolis yang mendalam.
BACA JUGA:Hari Pers Nasional 2025: Raja Pane dan Kesuksesan HPN 2025 di Kalimantan Selatan
BACA JUGA:Berbicara di Depan Umum: Cara Mengatasi Rasa Takut dan Tidak Percaya Diri
Setiap lapisan yang tersusun rapat menggambarkan harapan akan kehidupan yang penuh berkat dan kesuksesan yang bertingkat.
Lapisan-lapisan tersebut diibaratkan sebagai keberhasilan yang terus terakumulasi dan meningkat seiring waktu, membawa kesejahteraan bagi keluarga yang merayakan Tahun Baru Imlek.
Tak hanya itu, warna-warna cerah yang ada pada kue lapis, seperti merah dan hijau, juga memiliki simbolisme tersendiri.
Merah adalah warna yang melambangkan keberuntungan dan kemakmuran, sementara hijau melambangkan kesuburan dan kedamaian.
BACA JUGA:Sekjen PBB Tolak Keras Pemindahan Paksa di Gaza, Dunia Harus Tahu
BACA JUGA:Rencana Pemberhentian Tenaga Non-ASN di Bengkulu Utara, Komisi I DPRD Gelar RDP dengan BKPSDM
Oleh karena itu, kue lapis menjadi hidangan yang tidak hanya menyenangkan lidah, tetapi juga penuh harapan akan masa depan yang cerah dan penuh rezeki.