
RAKYATBENGKULU.COM – Kondisi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Bukit Kaba, Kabupaten Rejang Lebong, kini berada di ambang krisis.
Tumpukan piutang pelanggan dan menurunnya debit air menjadi kombinasi masalah serius yang mengancam keberlangsungan pelayanan air bersih bagi ribuan warga.
Plt Direktur Perumda, Pranoto Majid, dengan tegas mengingatkan para pelanggan yang masih menunggak tagihan air agar segera melunasi kewajiban mereka.
Ia menyebut, jika situasi ini terus berlarut, bukan hanya perusahaan yang kolaps, namun suplai air bersih ke 14.000 rumah pelanggan juga akan terganggu total.
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Sukses Dorong Perhatian Nasional, Krisis Enggano Direspons Cepat KKP
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Proaktif Benahi Pendidikan, Wagub Tinjau SMAN 10 Pentagon Kaur
“Jika kondisi ini terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan dalam lima tahun ke depan Perumda bisa gulung tikar. Kalau itu sampai terjadi, yang paling dirugikan tentu masyarakat sendiri,” ujar Pranoto, Selasa, 24 Juni 2025.
Ironisnya, menurut Pranoto, sebagian besar pelanggan justru sudah menunggak sejak masa suplai air masih lancar.
Kini saat debit air menurun drastis, masalah itu justru dijadikan alasan untuk tidak membayar.
Penurunan debit air dari sumber utama, Sungai Musi, menjadi salah satu penyebab utama krisis.
BACA JUGA:TP PKK Bengkulu Genjot Pembinaan Lapangan, Dukung Ketahanan Keluarga dan Kesejahteraan Masyarakat
BACA JUGA:Bijak Menentukan Skala Prioritas, Kebutuhan atau Keinginan di Tengah Krisis?
Dari semula 515 liter per detik, kini tinggal 149 liter per detik.
Dampaknya, distribusi air dilakukan secara bergiliran, dan Perumda harus mencari sumber air alternatif.
Sebagai bentuk langkah penyelamatan, Perumda menyiapkan empat strategi prioritas. Pertama, penagihan intensif terhadap pelanggan yang menunggak.