Solusi Baru Pengobatan Diabetes dengan Smart Delivery Drug System Karya Tim PKM-RE Unhas
Mahasiswa Unhas kembangkan inovasi smart delivery drug system berbasis ekstrak pare untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2.--dokumen/rakyatbengkulu.com
Dalam penelitiannya, tim memanfaatkan senyawa charantin, metabolit sekunder yang terdapat pada buah pare dan telah terbukti memiliki efek antidiabetes alami.
Senyawa ini diformulasikan dalam bentuk sublingual film, yaitu lembaran tipis obat yang diletakkan di bawah lidah untuk diserap langsung ke aliran darah.
Metode ini berbeda dengan obat oral konvensional karena tidak perlu melalui sistem pencernaan, sehingga efeknya lebih cepat terasa dan risiko efek samping dapat diminimalkan.
“Teknologi smart delivery drug system ini memungkinkan obat bekerja lebih selektif dan efisien, tanpa mengganggu sistem tubuh lainnya,” ujar Findika.
BACA JUGA:4 Pelaku Pencurian Outdoor AC di Bengkulu Ditangkap, Sudah Beraksi di 23 Lokasi
BACA JUGA:Mukomuko Dipangkas DAK Fisik 2026, Bupati Janjikan Pembangunan dengan Skala Prioritas
Responsif Terhadap Kadar Gula Darah
Keunggulan lain dari inovasi ini terletak pada penggunaan polimer glucose-response, yang berfungsi mendeteksi kadar gula dalam darah secara real time.
Polimer ini akan memicu pelepasan obat hanya ketika tubuh mengalami hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah yang berlebihan.
Dengan sistem ini, obat dapat bekerja secara otomatis sesuai kebutuhan tubuh, menghindari konsumsi berlebihan, dan menekan risiko hipoglikemia.
“Kami ingin menghadirkan pendekatan pengobatan yang cerdas dan adaptif terhadap kondisi tubuh pasien. Harapannya, terapi ini dapat membantu penderita diabetes melitus tipe 2 menjalani pengobatan yang lebih aman dan nyaman,” tambah Findika.
BACA JUGA:Proses Pelantikan PPPK Tahap II di Mukomuko Hampir Rampung, Begini Jadwalnya
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Siap Lakukan Perampingan OPD, 6 Dinas Akan Dilebur
Harapan Menuju Terapi yang Lebih Efektif
Inovasi ini tidak hanya berfokus pada efektivitas obat, tetapi juga pada kenyamanan pasien dalam mengonsumsi terapi harian.
Dengan bentuk film tipis yang mudah larut di bawah lidah, pasien tidak lagi perlu menelan tablet besar atau mengkhawatirkan efek samping jangka panjang.
Findika menegaskan bahwa riset ini merupakan langkah awal dalam pengembangan sistem penghantaran obat cerdas (smart drug delivery system) di Indonesia, khususnya dalam bidang farmasi berbasis riset mahasiswa.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


