Awards Disway
HONDA

Kembalikan Tanah Rakyat! Suara dari Bengkulu untuk Mengakhiri Monopoli Lahan Korporasi

Kembalikan Tanah Rakyat! Suara dari Bengkulu untuk Mengakhiri Monopoli Lahan Korporasi

Masyarakat dan aktivis di Bengkulu mendesak pemerintah kembalikan tanah yang dipinjamkan kepada korporasi demi keadilan agraria dan masa depan rakyat.--dokumen/rakyatbengkulu.com

BACA JUGA:Cegah Konflik Agraria, Pemprov Bengkulu Dorong Dialog Terbuka dengan Masyarakat

Kenapa Reforma Agraria Mendesak?

Dalam aksinya, koalisi masyarakat menekankan bahwa perjuangan mereka tidak bermaksud menolak investasi. Yang ditolak adalah monopoli dan ketimpangan yang membuat rakyat semakin miskin di tanah sendiri.

“Kami tidak anti-investasi. Tapi keadilan agraria harus ditegakkan. Jika tanah terus dimonopoli korporasi, jurang ketimpangan akan makin lebar. Konflik agraria akan terus terjadi sepanjang negeri ini berdiri,” kata Julius lantang.

Reforma agraria menjadi mendesak karena menyangkut distribusi keadilan. Tanah yang produktif harus kembali ke tangan rakyat kecil agar bisa menopang ketahanan pangan nasional, mengurangi kesenjangan ekonomi, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Aksi ini bertepatan dengan peringatan Hari Tani Nasional, momentum refleksi bagi rakyat yang hidup dari tanah. Namun bagi para petani, peringatan itu tidak boleh berhenti pada seremoni, melainkan harus menjadi tonggak perjuangan.

BACA JUGA:Pidato Presiden di PBB Tunjukkan Komitmen Kuat Jaga Perdamaian

BACA JUGA:Persiapan Matang, Pemprov Bengkulu Siap Sukseskan Gerakan Tanam Jagung Nasional di Bengkulu Tengah

“Korporasi sudah diberi waktu panjang. Tiga dekade bukanlah waktu sebentar. Jika hasilnya tidak kembali ke rakyat, lalu untuk apa diteruskan?” teriak seorang orator aksi.

Gerakan Nasional “Kembalikan Tanah Rakyat”

Aksi di Bengkulu hanyalah satu titik dari rangkaian kampanye nasional bertajuk “Kembalikan Tanah Rakyat”. Gerakan ini akan berlanjut dengan aksi damai, diskusi publik, hingga advokasi kebijakan ke pemerintah pusat.

Masyarakat luas diundang untuk bergabung, memperjuangkan kedaulatan agraria yang adil, lestari, dan berpihak pada rakyat.

Di balik teriakan massa, ada kisah-kisah personal yang menyayat hati. Seorang petani muda bercerita bagaimana ia kehilangan sawah warisan orang tuanya karena masuk wilayah konsesi perusahaan.

BACA JUGA:Gubernur Bengkulu Respons Tuntutan Aksi Reforma Agraria Sejati

BACA JUGA:Kasus DBD di Mukomuko Turun Drastis, Dinkes Tetap Imbau Masyarakat Waspada

“Kami hanya bisa menonton. Dulu sawah itu sumber beras keluarga, sekarang jadi kebun sawit,” tuturnya.

Cerita seperti ini menegaskan bahwa persoalan agraria bukan hanya tentang hektare tanah, melainkan tentang hilangnya masa depan generasi dan terkikisnya identitas komunitas lokal.

Menagih Janji Reforma Agraria Sejati

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: