Tanah Gersang Jadi Kebun, Toboponik Sukses Bangkitkan Lahan Mati di Bengkulu Jadi Wisata Pertanian Modern

BACA JUGA:Syukuran HUT Brimob ke-80 di Bengkulu Berlangsung Khidmat, Kapolda Terima Gelar Warga Kehormatan

Di tangan Yusuf, lahan tersebut kemudian diubah menjadi kawasan pertanian produktif dengan konsep pertanian digital.

Di atas lahan itu, Yusuf mulai membangun 3 unit greenhouse atau rumah kaca. 

Masing-masing dirancang untuk menjaga suhu, cahaya, dan kelembapan tetap stabil sehingga tanaman dapat tumbuh optimal sepanjang tahun tanpa terganggu cuaca ekstrem.

Ini dilakukan, karena ia ingin menunjukkan bahwa dengan teknologi dan inovasi, lahan yang tadinya tak bernilai bisa menghasilkan produk berkualitas tinggi.

“Awalnya kita belajar dengan orang, kemudian apa yang kita pelajari kemudian kita terapkan dan kita kembangkan. Dan memang dalam bertani, kita harus terbiasa mencatat, mengevaluasi  sehingga kita menemukan cara baru (mengubah lahan mati jadi lahan produktif, red),” kata Yusuf.

BACA JUGA:Syukuran HUT Brimob ke-80 di Bengkulu Berlangsung Khidmat, Kapolda Terima Gelar Warga Kehormatan

BACA JUGA:Dinas Ketahanan Pangan Mukomuko: 18,43 Ton Cadangan Beras Siap Hadapi Krisis

Sistem tanam di Toboponik menggunakan otomatisasi penuh, di mana proses penyiraman hingga pemberian nutrisi dilakukan dengan bantuan teknologi digital. 

Media tanam yang digunakan bukan tanah, melainkan serbuk kelapa (cocopeat) yang lebih ramah lingkungan. 

Proses penanaman hingga panen berlangsung hanya sekitar 65 hari, jauh lebih efisien dibanding pertanian konvensional.

Dengan cara ini, Yusuf mampu menanam melon dengan rasa manis konsisten, aroma segar dan kualitas premium. 

Bahkan, sistem greenhouse membuat risiko serangan hama dan jamur jauh lebih kecil, sekaligus meningkatkan hasil panen.

Keberhasilan panen pertama menjadi titik balik perjalanan Toboponik. 

BACA JUGA:Peringatan Hari Ayah Nasional 2025 di Bengkulu, Ribuan Ayah dan Anak Meriahkan 'Ngopi Bareng Ayah'

Sumber: