HONDA

Pertanian Palawija di Kaki Gunung Sinabung Terancam Gagal Panen

Pertanian Palawija di Kaki Gunung Sinabung Terancam Gagal Panen

Abu vulkanik erupsi Gunung Sinabung membuat pertanian Palawija di Kaki Gunung Sinabung terancam gagal panen. Petani merugi, kondisi ini semakin memprihatinkan di tengah paceklik karena pandemi corona baru.

KARO – Tim Aksi Cepat Tanggap Sumatra Utara bersama Masyarakat Relawan Indonesia Kabupaten Karo kembali menyisir desa yang terpapar abu vulkanik erupsi Gunung Sinabung, Rabu (19/8). Sembari melakukan asesmen, Tim ACT dan MRI juga membagikan bantuan pangan kepada para petani palawija di Desa Sukatepu dan Desa Gung Pinto di Kecamatan Naman Teran, serta Desa Deram di Kecamatan Merdeka.

Berdasarkan fakta yang ditemukan tim dari tiga desa tersebut, hujan abu vulkanik menutupi hampir 95 persen lahan pertanian dan perkebunan. Gagal panen pun mengancam para petani.

Edy Sitepu, salah satu pengelola kebun jeruk di Desa Gung Pinto mengungkapkan, erupsi gunung sinabung yang tidak bisa diprediksi berapa lama membuat para petani was-was. Sebagai pengelola, Edy mengaku khawatir tidak akan mendapatkan upah selama erupsi masih berlangsung. “Saat ini markisa dan jeruk yang kami tanam kondisinya sangat tidak baik. Sudah dipastikan pemilik lahan tidak mendapatkan keuntungan dari penjualan hasil kebun. Tenntu berdampak pada upah,” kata Edy.

Senada dengan Edy, Murdi Depari mengaku kerugian yang ia dapat saat ini sangat besar. Murdi menghabiskan biaya sebesar Rp10 juta untuk menanam kentang sebelum erupsi. Kini, sudah dipastikan kentangnya gagal panen. “Saat ini warga sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah, kalau tidak sekarang kapan lagi wakil-wakil rakyat bisa turun tangan untuk melihat kondisi ini,” ungkapnya.

Begitu pula dengan Santi Bru Sitepu warga Desa Deram, Kecamatan Merdeka. Ia menanam terong, cabe, dan jeruk. Sebagian tanaman Santi memang telah sempat dipanen, namun sebagian lagi pun berjatuhan sebelum masa panen karena terpapar abu vulkanik.

“Sejak terkena erupsi hanya dapat memanen jeruk satu ton. Itu pun terpaksa jual dengan harga yang benar-benar murah, Rp1.000 per kilo,” katanya.

Koordinator Tim Program ACT Sumatra Utara Sakti Wibowo mengaku prihatin. Menurutnya, Kabupaten Karo yang menjadi lumbung pangan bagi masyarakat Sumatera Utara kini harus mengalami persoalan tambahan. Musibah erupsi Gunung Sinabung semakin memukul perekonomian petani di kala pandemi corona baru.

“Saatnya kita bahu membahu bersama semua pengambil kebijakan untuk menyelamatkan lumbung pangan kita bersama. Mari bersama lakukan Aksi Bantu Indonesia. Sahabat dermawan bisa mendukung langkah Aksi Cepat Tanggap dengan sedekah terbaik melalui webiste Indonesia Dermawan atau transfer ke BNI Syariah 88 0000 4348 atas nama Aksi Cepat Tanggap dengan menambahkan kode unik 10 di akhir nominal transfer,” jelasnya. (rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: