Jembatan Air Nipis Rusak, Butuh Analisis Teknis untuk Tentukan Penyebabnya
KOTA MANNA – Pakar Jasa Konstruksi yang juga dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Bengkulu, Muklis Islam, ST, MT mengatakan, kejadian rusaknya jembatan Air Nipis belum dapat disimpulkan penyebabnya. BACA JUGA: Jembatan Air Nipis Ambruk, Proyek Pembangunan Bendungan Kembali Disorot
Apakah karena faktor kesalahan dari pengerjaan proyek bendungan Air Nipis atau karena faktor bencana alam, yakni meluapnya sungai Air Nipis.
Bila melihat kondisi jembatan yang telah berumur hingga 35 tahun, Muklis tidak menampik ambruknya satu segmen jembatan akibat skoring atau pengikisan air sungai.
Karena, setiap jembatan dikatakannya, bisa saja terjadi skoring yang mengambil tanah di pangkal jembatan.
Penyebab rusaknya jembatan juga bisa dikarenakan beban jembatan, konstruksi dan bencana alam.
Namun dia menyampaikan perawatan jembatan dan antisipasi dan langkah yang dilakukan sangat perlu.
Supaya tidak terjadi skoring.
"Kita butuh analisis teknis dan perhitungan serta bukti, sehingga ketahuan penyebabnya apa. Kita perlu bukti. Memang namanya air tidak bisa kita hentikan. Kita mengubah manipulasi maka air mencari jalan baru. Kalau ada rekayasa di aliran irigasi, maka sifat airnya berubah. Ada kemungkinan skoring. Tapi itu tadi kita perlu bukti," kata Muklis.
Dan tidak kalah pentingnya, Muklis mengingatkan kejadian ini perlu diwaspadai untuk jembatan di hulu jembatan yang rusak.
Ia berharap perawatan jembatan dan pengecekan rutin harus dilakukan untuk mengetahui keadaan jembatan.
Sehingga tidak terjadi kerusakan yang dapat merugikan masyarakat dan pengerjaan proyek yang sedang dilakukan.
"Kemungkinan-kemungkinan itu ada, untuk rusaknya jembatan di sebelahnya. Tapi kita tidak tau kapan itu. Makanya perlu pengecekan rutin dan perawatan," pungkasnya.
Sementara itu, Pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWS) Sumatera VII mengaku tidak dapat mengebut pekerjaan proyek bendungan Rp 16 miliar di Desa Palak Bengkerung Kecamatan Air Nipis. Sebab terkendala anomali cuaca yang selalu hujan sejak Maret hingga September 2021.
Proyek ini beberapa kali mengalami kendala akibat faktor cuaca.
Bahkan beberapa bangunan rusak akibat banjir besar, seperti jembatan dan irigasi. Tercatat dua kali kerusakan besar yakni bulan Juni dan September.
PPK Irigasi dan Rawa BWS Sumatera VII Hadi Buana mengatakan, masalah cuaca dan bencana, pihaknya mengakui selalu mendapatkan peringatan.
Sebab BWS Sumatera VII memiliki unit hidrologi dan kualitas air. BACA JUGA: Warem di Semidang Alas Dibongkar Paksa Satpol PP
Ditambah lagi peringatan-peringatan akan terjadi banjir ada juga dari Kementerian PUPR.
Dengan adanya peringatan tersebut, Hadi mengakui, tim melakukan antisipasi setelah adanya peringatan, dengan cara pekerjaan dihentikan.
Sebab yang paling ditakutkan terjadi yang tidak diinginkan, seperti pekerjaan di bawah langsung dihentikan.
Dan dialihkan ke pekerjaan yang ada di atas. Seperti pekerjaan bronjong dan lain-lain.
"Masalah cuaca, ini musimnya anomali cuaca. Dari Maret hingga September. Hanya beberapa hari tanpa hujan yakni di bulan Juli selama dua Minggu. Waktu itulah tim bisa melakukan kebut pekerjaan di sayap kanan dan kiri bendungan," terang Hadi saat dihubungi RB.
Dengan adanya dampak bencana dan kerusakan yang terjadi, pihak Konsultan disebutkan Hadi, melakukan rekayasa metode pelaksanaan menjadi dua.
Yakni setengah-setengah dari tengah atau dari pinggir.
"Na saat pertama itu, kami melihat dan cendrung bocoran-bocoran itu cendrung ke sebelah kanan. Dan pada saat itu disarankan dari sebelah kiri. Intinya mereka (konsultan) menyarankan metode yang paling optimal," terang Hadi.
Pasca terjadinya bencana September ini, Hadi mengakui ada empat tim yang telah mengecek langsung pekerjaan dan memastikan apakah benar terjadi bencana.
Tim pertama disebutkan Hadi tanggal 6 September lalu, tim dari Siaga Bencana BWS Sumatera VII.
Terdiri dari tim up perencanaan dan pelaksanaan. Lalu tanggal 7 September, tim bencana dari Kementerian PUPR.
Ada dari Direktorat Operasi dan Pemeliharaan.
Kemudian 8 September, Tim Direktorat Irigasi dan Rawa.
Ini menilai dan melihat langsung dampak bencana yang terjadi.
Bahkan telah dihitung oleh tim bahwa banjir yang terjadi beberapa waktu lalu adalah banjir dengan kala ulang 25 tahun.
Ditanggal yang sama ditambahkan Hadi, juga datang tim dari Direktorat kepatuhan intern.
Untuk memverifikasi apakah benar terjadi bencana. Dan mereka menyimpulkan benar terjadi banjir akibat hujan yang lebat.
"Saran mereka untuk sesegera mungkin melakukan perbaikan tebing kanan yang longsor. Dan perbaikan ini sedang kami usahakan. Kendati demikian pekerja tetap diutamakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Karena bisa dilihat sendiri kondisi jembatan sudah miring. Dan saat ini juga tim lapangan sedang merencanakan untuk merobohkan jembatan satu segmen. Setelah itu barulah dikebut untuk perbaikan tebing yang longsor," ungkap Hadi.
Lalu terakhir Hadi menambahkan, untuk cekdam saat ini telah teruji, sebab pasca bencana 5 September lalu, sudah lima kali banjir dan cekdam telah teruji baik, dan tidak ada masalah.
Tinggal lagi diperkuat dengan tambahan bronjong. (tek)
Simak Video Berita
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: