HONDA

Buaya Sungai di Mukomuko, Populasinya di 4 Desa dalam 2 Kecamatan, Pernah Mangsa Warga

Buaya Sungai di Mukomuko, Populasinya di 4 Desa dalam 2 Kecamatan, Pernah Mangsa Warga

Buaya Sungai di Mukomuko, Populasinya di 4 Desa dalam 2 Kecamatan, Pernah Mangsa Warga--DOK/RB

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Populasi buaya sungai di Kabupaten Mukomuko masih tinggi. Terbukti, buaya di perairan sungai melintasi 4 desa dalam 2 kecamatan di Kabupaten Mukomuko kerap terlihat dengan mata telanjang. 

BACA JUGA:10 Buaya Ditemukan Warga Bengkulu Utara, BKSDA Tak Lakukan Evakuasi, Ini Alasannya

BACA JUGA:Ada 2 Mata Pancing di Usus Buaya Selagan

Buaya sungai ini tidak hanya menampakkan diri pada malam hari saja. Warga kerap melihat buaya setiap waktu, terkadang pagi hari, siang dan sore hari. Penampakan Buaya sungai ini tentu mebuktikan populasi buaya masih banyak di Kabupaten Mukomuko. 

Di Kecamatan Pondok Suguh Kabupaten Mukomuko, tempat berkembang biaknya buaya ini di Desa Air Hitam dan Desa Sinar Laut. Sedangkan di Kecamatan Sungai Rumbai, buaya berkembang biak di Desa Padang Gading dan Gading Jaya. 

Empat desa dalam 2 kecamatan ini dialiri air dari sungai Air Hitam dan menyatu dengan Sungai Gegas. Panjang kedua sungai puluhan kilometer. Diperkirakan, populasi buaya di aliran sungai Air Hitam menyatu dengan sungai Air Gegas masih sangat banyak buayanya. 

BACA JUGA: Mengolah Tanaman Lidah Buaya Menjadi Obat Alami untuk Luka Bakar, Begini Caranya

BACA JUGA:Tak Perlu Shampoo Mahal, Cukup Gunakan Tanaman Lidah Buaya, Ketombe di Kepala Hilang Seketika !

Masyarakat desa memang sudah banyak yang membuktikan melihat langsung buaya di perairan sungai itu. Mereka melihat buaya dengan mata telanjang. Ketika itu buaya terlihat sedang berenang dan berjemur. 

Populasi buaya sungai yang masih banyak ini tidak jarang juga menimbukan konflik. Informasi yang disampaikan warga sekitar, menyebutkan warga pun sudah ada yang menjadi korban buaya tersebut. 

Umumnya, warga yang mendapatkan serangan dari buaya sungai ini adalah mereka yang sedang memancing di aliran sungai tersebut. Kemungkinan buaya ini merasa terganggu dengan kehadiran pemancing di wilayah habitat mereka. 

Adanya konflik buaya dengan warga, membuat pemerintah desa dan pemerintah kabupaten berkoordinasi ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu. Tujuannya untuk melestarikan buaya, sekaligus meminimalisir tidak terjadi konflik. 

BACA JUGA:Cara Membuat Kondisioner Alami Dari Tanaman Lidah Buaya, Rambut Jadi Lembut dan Sehat

BACA JUGA:Tanaman Lidah Buaya Ampuh Atasi Ketombe dan Bikin Rambut Sehat, Simak di Sini Cara Mengolahnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: