HONDA

Danau Tiwu Sora, Ada Cerita Mistis dan Dianggap Sakral, Ada Kalanya Muncul Katak Emas

Danau Tiwu Sora, Ada Cerita Mistis dan Dianggap Sakral, Ada Kalanya Muncul Katak Emas

Danau Tiwu Sora, Ada Cerita Mistis dan Dianggap Sakral, Ada Kalanya Muncul Katak Emas --Dokumen/Fortuna.press//

BACA JUGA:10 Merek Baju Koko Terbaik 2024, Rekomendasi untuk Pria Muslim

Cerita tentang Danau Tiwu Sora diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. Konon, nama danau tersebut diambil dari nama seorang bernama Woda Sora.

Awalnya, Danau Tiwu Sora adalah sebuah mata air kecil di lembah. Woda kemudian menanam umbi-umbian dekat mata air tersebut. 

Namun, setiap kali hendak panen, Woda selalu menemukan bahwa ubi-ubinya hilang. Hal ini membuat Woda penasaran.

BACA JUGA:Bukan Cuma Daun Sirih! Ini 8 Obat Alami yang Bisa Menyembuhkan Sakit Mata

Suatu hari, Woda Sora memasang jerat di dekat mata air tersebut. Keesokan harinya, dia menemukan bahwa jeratnya telah terlepas, tetapi menemukan lendir-lendir menempel di jeratnya.

Tidak putus asa, Woda memasang jerat lagi. Kali ini, dia menyiramkan abu dapur di sekitar jerat. Keesokan harinya, Woda terkejut mendapati seekor belut besar terperangkap di dalam jeratnya. 

Dia membawa belut tersebut dan jeratnya ke rumahnya. Kampung Woda terletak di atas bukit, dekat mata air kecil itu.

BACA JUGA:Wajah Baru All Toyota Voxy 2024, Mobil Keluarga Super yang Makin Nyaman

Woda kemudian menunjukkan belut tersebut kepada saudarinya, Ndero Sora, Sovi Sora dan kakaknya, Ndingga Sora. Ndingga terkejut. Menurut Ndingga, jeratan yang digunakan oleh Woda bukanlah jeratan biasa, sehingga perlu dilakukan upacara adat.

Bersama warga kampung, mereka kemudian melaksanakan upacara adat di sekitar mata air, dekat tempat di mana Woda memasang jerat. 

Belut itu diletakkan dalam sebuah wadah, dibuat semacam tungku dan kepala belutnya ditaruh di atasnya, seolah-olah menjadi semacam gelang.

BACA JUGA:Pajak Terkumpul Rp 149,2 T di Awal Tahun, Penerimaan Terbesar dari PPN, Ini Rinciannya !

Kemudian dilanjutkan dengan upacara pemotongan hewan dan gawi (gawi, tarian adat). Hanya saja, sebelum memulai gawi mereka mengucapkan sumpah adat. 

Bahwa jika terjadi sesuatu selama gawi, setiap orang tidak boleh melarikan diri. Bila kabur atau melarikan diri, jangan menoleh ke belakang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: