Tradisi Malam Nujuh Likur di Penghujung Bulan Ramadan di Indonesia
Pada penghujung bulan Ramadan di Indonesia ada tradisi malam nujuh likur. --Instagram.com/SekundangSetungguan
BACA JUGA:5 Makanan Khas Madura untuk Berbuka Puasa di Bulan Ramadhan
Tradisi ini diketahui sudah dilakukan sejak masa lalu dan secara turun-temurun oleh masyarakat.
Yang dilakukan dengan penyalaan lampu atau penerangan tradisional (obor) atau kalau di suku Serawai memakai Tempurung Kelapa (sayak) yang ditumpuk secara vertikal yang kemudian dibakar.
Obor atau tempurung kelapa yang dibakar ini biasanya ditempatkan disekitar masjid, di penjuru jalan atau halaman depan rumah.
Adapun puncak tradisi Nujuh Likur ini dilakukan pada malam ke 27 Ramadan.
BACA JUGA:4 Ide Menu Makan Sahur Simpel dan Lezat di Bulan Ramadhan
Terdapat beberapa alasan dilakukannya malam Nujuh Likur ini.
Ada yang mengatakan pada malam itu biasanya orang-orang dahulunya berbondong-bondong datang menemui imam masjid untuk membayar fitrah mereka.
Ada juga yang mengatakan pada malam 27 Ramadan itu berdasarkan penjelasan dan pengalaman para ulama terdahulu kalau mereka sering bertemu dengan Malam Qadar itu pada malam nujuh likur.
Selain itu ada juga yang mengatakan menyambut dan menerangi kepulangan dari roh-roh leluhur yang akan pulang.
BACA JUGA:Serunya Perayaan Lebaran di Berbagai Negara: Tradisi Lebaran yang Kamu Harus Tahu!
Kegiatan malam Nujuh Likur ini akan diawali dengan masyarakat yang menyusun tempurung kelapa secara rapi dan vertikal pada satu tiang yang ditancapkan ke tanah di depan rumahnya masing-masing.
Dengan dibakarnya tempurung kelapa yang disusun tersebut membuat sekitar jalan depan rumah terutama jalan menuju masjid menjadi terang.
Kegiatan ini dahulunya bertujuan untuk memberikan penerangan masyarakat yang ingin pergi ke masjid.
Kenapa harus di malam ke 27 Ramadan, Karena masyarakat mepercayai kalau 10 hari terakhir bulan Ramadan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: