IHSG Berfluktuasi, Pasar Masih Waspadai Perang Dagang Global dan Kebijakan Tarif AS

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada Rabu pagi dibuka menguat, namun diperkirakan tetap bergerak fluktuatif--App bibit
RAKYATBENGKULU.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka menguat pada Rabu pagi (16/4), mencerminkan optimisme awal pelaku pasar, meskipun pergerakannya diperkirakan tetap fluktuatif karena masih dibayangi oleh tensi perang dagang global yang semakin memanas.
IHSG dibuka naik sebesar 19,59 poin atau 0,30 persen ke posisi 6.461,19, sementara indeks LQ45 yang mencerminkan 45 saham unggulan juga turut menguat 0,97 poin atau 0,13 persen ke posisi 724,18.
BACA JUGA:6 Sikap Orang Tua yang Berdampak Negatif pada Perkembangan Kecerdasan Anak
BACA JUGA:Harga Emas Antam Naik Jadi Rp1,916 Juta per Gram, Ini Rincian Terbaru dan Aturan Pajaknya
“IHSG diperkirakan bergerak fluktuatif dalam rentang 6.350 sampai 6.500,” ujar Senior Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan, Rabu, seperti dikutip dari ANTARANEWS.COM.
Faktor Global Masih Dominan
Dari sisi global, pelaku pasar sebelumnya berharap bahwa pemerintah Amerika Serikat akan mengeluarkan kebijakan tarif yang lebih selektif dan fleksibel menjelang libur panjang.
Namun, harapan tersebut pupus karena kebijakan yang diumumkan ternyata lebih bersifat agresif dan menyasar hampir semua mitra dagang utama.
Pekan depan, AS direncanakan akan mengumumkan tarif baru untuk produk semikonduktor, serta mempertimbangkan tarif tambahan untuk impor mineral yang bersifat kritikal.
BACA JUGA:HUT ke-22 Undang Sheila on 7 atau Seremoni Sederhana? Bupati Seluma Hadapi Pilihan Sulit
BACA JUGA:BKDPSDM Kaur Rampungkan Berkas CASN, Pengajuan NIP Ditargetkan Awal Mei
Situasi ini menambah tekanan bagi pasar global yang sudah sensitif terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Presiden AS, Donald Trump, dikabarkan berharap “China datang dan memohon supaya diberikan kesempatan untuk melakukan negosiasi,” namun kenyataannya, China justru menolak pendekatan tersebut.
Presiden Xi Jinping bahkan secara tegas menyatakan “tidak akan meladeni negosiasi semacam itu.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: