Dugaan kecurangan pengisian nilai di PDSS tersebut rupanya juga sudah tercium oleh sejumlah orang tua siswa SMAN 5 Kota Bengkulu.
BACA JUGA:Pasar Perbankan Syariah Masih Besar, BSI Targetkan Peningkatan 2-3 Juta Nasabah per Tahun
BACA JUGA:Rumah Impian Bersama BSI Griya, Dapatkan Harga Spesial Milad ke-3 Bank Syariah Indonesia
Kedua orang tua ini merupakan wali murid dari dua siswi yang seharusnya menduduki peringkat 2 dan 3 di daftar peringkat eligble SMAN 5 Bengkulu. Namun, tiba-tiba turun di posisi 3 dan 4.
Salah satu wali siswi Widodo menerangkan kejadian dugaan rekayasa nilai di SMAN 5 Bengkulu diketahui bermula pada tanggal 12 Februari 2024 lalu.
Widodo, Salah Satu Orang Tua dari Siswi di kelas MIPA SMAN 5 Kota Bengkulu saat Memberikan Keterangan Terkait Perangkingan Nilai PDSS, Kamis 29 Februari 2024..--FOTO KORANRB.ID/DOK/RB
Diceritakan Widodo, pada tanggal 12 Februari 2024 itu, anaknya masih berada di peringkat 2 pada perangkingan eligible SMAN 5 Bengkulu.
Kemudian, pada tanggal 13 Februari 2024, anaknya mendapat kabar bahwa sudah turun pada posisi ke 3 pada perangkingan eligible tersebut.
“Saat saya melihat anak saya berada di posisi ketiga, saya tidak yakin. Akhirnya saya mendatangi kepala sekolah dan menemui guru-guru yang berkepentingan disitu,” terangnya.
BACA JUGA:BSI OTO, Fasilitas Pembiayaan Kepemilikan Mobil dan Motor, Dapatkan Margin Spesial di Sini
BACA JUGA:Pembiayaan Mobil di Promo Milad BSI OTO 2024 Berhadiah 3 Paket Umroh, Simak Periode Programnya
Kemudian, Widodo menemui para guru di SMAN 5 Bengkulu. Saat itu, Widodo menanyakan kepada para guru dasar dari perangkingan eligible.
“Gurunya menjawab nilai. Maka saya ingin melihat nilai yang digunakan untuk perangkingan di eligble ini. Namun, sat itu Guru BK menyebut nilai itu dari Waka Kurikulum,” ujarnya.
Kemudian, Widodo menemui Waka Kurikulum SMAN 5 Bengkulu. Saat ditemui, Waka Kurikulum tidak ingin memberikan nilai yang dijadikan acuan perangkingan tersebut.
“Mereka berdua (Guru BK dan Waka Kurikulum, red) akhirnya mereka saling lempar tanggung jawab,” kata Widodo.
Akhirnya Widodo mulai merasa curiga. Selanjutnya, dia meminta semua rekap nilai itu kepada kepala sekolah. Lalu kepala sekolah mengumpulkan semua pihak yang terlibat dalam perekapan nilai.