Pakar psikologi Robert Enright mengutarakan teorinya jika memaafkan bukan berarti melupakan, melainkan secara ikhlas dan sadar melepaskan emosi negatif yang terjadi.
Serta siap membuka diri dengan berbagai peluang demi memperbaiki hubungan yang retak.
BACA JUGA:7 Pilihan Mukena Warna Hitam Polos, Tetap Stand Out di Hari Raya
Saat kamu bersedia membuka diri, maka akan ada harapan dan perbaikan yang membantu untuk hidup lebih baik.
2. Siap Ambil Keputusan dan Mau Memaafkan
Niat ingin memaafkan datang dari diri sendiri, bukan dari orang lain.
Karena kamu tidak perlu berlomba dengan orang lain dalam hal memaafkan.
Atur ritme kamu sendiri, saat kamu siap memafkan orang lain atas momen yang tidak menyenangkan yang pernah terjadi.
Dalam penelitiannya, Robert Enright merekomendasikan untuk menjadikan tindakan memaafkan sebagai sebuah kebutuhan.
BACA JUGA:Sering Salah Paham! 5 Hal Membuktikan Pelit dan Frugal Living Berbeda, Kamu yang Mana?
Karena bertengkar dengan orang lain tidak akan membuahkan hasil apa pun.
Jadi kamu bisa tentukan sendiri kapan kamu memiliki kesiapan untuk mulai memaafkan.
Dan agar hasilnya optimal, jangan sampai kamu memaafkan oran lain karena ada paksaan dari orang lain.
3. Berkomunikasi dan Memupuk Rasa Empati
Saat kamu sudah ingin memaafkan orang lain, kamu perlu berempati.
Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya?