Sedikit demi sedikit saya menemukan banyak sekali kesalahan dalam fakta yang dia sampaikan dan harus saya perbaiki, untuk meluruskan.
Agar masyarakat yang membaca tahu duduk persoalan.
Agar tidak terjadi fitnah. Sebab fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan demikian diyakini dalam agama saya, Islam.
Dimulai dari ringan-ringan dulu. Disana disebutklan Hendry Ch Bangun kini sendirian di Gedung PWI.
Saya tertawa saja. Saat masuk kantor sudah ada beberapa pengurus yang hadir, bahkan di ruang rapat senior Artini, mantan wartawan Antara dan kini pengajar di LSPR, sedang memimpin rapat Hadiah Adinegoro yang diikuti lebih dari 10 orang.
Ditambah lagi sekretariat yang kalau semua hadir jumlahnya 10 orang.
Mulai saya berpikir, beliau ini wartawan atau penghayal?
BACA JUGA:Sayid Iskandarsyah Melawan: Pertahankan Posisi Tetap Aktif sebagai Sekjen PWI Pusat
BACA JUGA:PWI Pusat akan Gelar Seminar Pilkada Damai, Pengurus Daerah se Indonesia Bisa Ikut di Sini !
Kantor PWI Pusat sejak saya menjadi Ketua Umum selalu “ramai” karena banyaknya program kerja PWI sehingga selalu terjadi rapat dengan tujuan kegiatan berlangsung baik.
Sampai pekan ini sudah 20 kali diadakan Uji Kompetensi Wartawan di 20 provinsi.
Sudah 4 kali diadakan Sekolah Jurnalisme Indonesia di 4 provinisi.
Rencana kegiatan Satgas Anti Hoax, rencana diskusi LKBPH, termasuk Hadiah Adinegoro.
Bahkan kadang teman-teman bekerja melewati batas jam kerja.
Lalu beliau menyusun kronologis yang entah dikutipnya dari siapa, meski saya sudah menduga siapa narasumbernya.
Dia membuat skenario pertemuan Pengurus PWI Pusat, yang saya pimpin, dengan membuat tulisan fiktif karena tidak sesuai fakta.