Sakral! Tari Bedhaya Ketawang Dipercaya Sebagai Bentuk Persembahan Kepada Kanjeng Ratu Kidul

Jumat 09-08-2024,08:00 WIB
Reporter : Hendri Saputra
Editor : Febi Elmasdito

RAKYATBENGKULU.COM  - Tari Bedhaya Ketawang adalah salah satu tarian sakral yang berasal dari Keraton Surakarta Provinsi Jawa Tengah Indonesia. 

Adapun tarian Bedhaya Ketawang ini memiliki makna mendalam dan terkait erat dengan sejarah serta spiritualitas Keraton. 

Tari Bedhaya Ketawang merupakan simbol kekuasaan dan hubungan mistis antara raja dengan Ratu Kidul penguasa Laut Selatan.

Sejarah dan Asal Usul

Mengutip dari berbagai sumber, Tari Bedhaya Ketawang diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja Mataram pada abad ke 17 Masehi. 

BACA JUGA:Tari Gandai, Tarian Tradisional Suku Pekal Kabupaten Mukomuko, Kisah Malim Deman dan Putri Muhammad Duyah

BACA JUGA:Ini Dia 4 Tarian Tradisional Asal Indonesia yang Populer di Mata Dunia, Adakah dari Daerahmu?

Tarian Bedhaya Ketawang ini dipercaya sebagai bentuk persembahan kepada Kanjeng Ratu Kidul. 

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Jawa, Ratu Kidul adalah entitas spiritual yang memiliki hubungan khusus dengan raja-raja Jawa, khususnya raja Surakarta. 

Dimana Tarian Bedhaya Ketawang ini menjadi simbol penyatuan antara dunia sekuler (duniawi) dan spiritual.

Makna dan Filosofi

Tarian Bedhaya Ketawang mengandung filosofi tentang hubungan antara manusia dan alam semesta, keseimbangan, serta harmoni. 

BACA JUGA:Keren! Simbol Ritual Tabot Dituangkan dalam Bentuk Tarian, Menghadirkan Budaya Tabot Lewat Tarian

BACA JUGA:Seni Lukis Satukan Soekarno dan Naoko Nemoto yang Cantik, Mempelajari Tarian Klasik Jepang

Setiap gerakan dalam tari ini memiliki arti simbolis, yang menggambarkan perjalanan hidup manusia, hubungan antara manusia dengan Tuhan, serta interaksi dengan alam.

Pada tarian Bedhaya Ketawang ini ditarikan oleh 9 penari wanita yang mewakili 9 arah mata angin.

Yang dalam kepercayaan Jawa melambangkan keseimbangan kosmis. 

Jumlah penari ini juga dianggap suci dan simbolik, mengingat angka 9 dalam tradisi Jawa sering dikaitkan dengan kesempurnaan dan keluhuran.

BACA JUGA:Orang Jomon yang Merupakan Nenek Moyang Orang Jepang, Berikut Sejarah dan Kehidupan Budayanya!

BACA JUGA:TK Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu Ikut Karnaval Budaya dan Lomba Antar TK IGTKI Kota Bengkulu

Proses Ritual

Tari Bedhaya Ketawang biasanya dipentaskan dalam upacara penobatan raja Surakarta (jumenengan dalem) atau pada acara-acara penting lainnya di keraton. 

Sebelum tarian dimulai, dilakukan berbagai persiapan ritual yang melibatkan sesaji dan doa - doa, untuk memohon restu dari leluhur dan entitas spiritual. 

Prosesi tarian ini berlangsung sangat khidmat dan diiringi dengan musik gamelan yang juga dianggap sakral. 

Selama pementasan, suasana di keraton menjadi sangat hening, dan penonton pun diharapkan untuk menjaga kesucian serta ketenangan.

BACA JUGA:Menjaga Warisan Budaya Indonesia, Ini 5 Jajanan Tradisional yang Bikin Nostalgia

BACA JUGA:Festival Tabut Lebih Tonjolkan Budaya, Dispar Provinsi Bengkulu Klaim Persiapan Sudah 70 Persen

Kostum dan Musik

Para penari Bedhaya Ketawang mengenakan busana khusus yang disebut dodot, dengan warna-warna yang melambangkan kebesaran dan keagungan. 

Selain itu, hiasan kepala dan aksesoris yang digunakan juga sangat detail dan mewah, mencerminkan status sosial serta spiritual dari tarian ini.

Musik pengiring terdiri dari gamelan, yang memainkan irama-irama lembut.

Namun mendalam, selaras dengan gerakan tari yang lambat dan penuh makna. 

BACA JUGA:Nuansa Kebudayaan Diperkuat dalam Festival Tabut 2024, Masuk Kalender Event Nusantara

BACA JUGA:10 Hasil Temuan Ekskavasi Penelitian Candi Muaratakus Diserahkan ke Dinas Kebudayaan Riau

Gamelan yang digunakan juga berbeda dari gamelan biasa karena dianggap memiliki kekuatan magis yang dapat menghubungkan manusia dengan dunia spiritual.

Pengaruh dan Relevansi

Tari Bedhaya Ketawang tidak hanya menjadi bagian penting dari tradisi Keraton Surakarta.

Tetapi juga menjadi salah satu warisan budaya yang diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda Dunia. 

Tarian ini mencerminkan kekayaan budaya Jawa, yang menggabungkan seni, spiritualitas, dan tradisi kerajaan.

BACA JUGA:Momentum Hari Jadi Kota Curup, Ajang Melestarikan Adat dan Budaya

BACA JUGA:Cagar Budaya Batu Panco Rejang Lebong, Konon Menjadi Tempat Berpanco Orang Sakti

Sampai saat ini tarian Bedhaya Ketawang masih dipertahankan dan dilestarikan oleh Keraton Surakarta.

Meskipun pementasannya sangat terbatas dan hanya dilakukan pada momen-momen tertentu. 

Tarian Bedhaya Ketawang ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya dan spiritual yang telah diwariskan oleh leluhur.

Nah, itulah tadi Tari Bedhaya Ketawang Dipercaya Sebagai Bentuk Persembahan Kepada Kanjeng Ratu Kidul, semoga informasi ini bermanfaat.

 

Kategori :