BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM – Meski hujan mengguyur disertai angin kencang, semangat dan antusiasme masyarakat Bengkulu tak surut untuk menyaksikan prosesi puncak Tabut Tebuang, Minggu, 6 Juli 2025.
Sejak pagi hari, ribuan warga sudah tampak memadati sepanjang ruas Jalan Jenderal Sudirman.
Mereka rela berdiri berjam-jam demi bisa melihat langsung momen sakral yang hanya digelar sekali dalam setahun itu.
BACA JUGA:Divonis 3 Tahun Penjara, Eks Manager Yayasan Rumah BUMN PLN Banding: Klaim Tak Perkaya Diri Sendiri
Tepat setelah waktu Salat Zuhur, rombongan Tabut mulai bergerak melakukan arak-arakan menuju Karabela, tempat berlangsungnya prosesi akhir: pembuangan Tabut.
“Saya dan keluarga datang dari jam 8 pagi. Walau hujan, kami tetap semangat, karena ini acara tahunan yang selalu kami tunggu,” ujar Deasta, salah satu warga yang membawa serta anak dan suaminya untuk menonton langsung.
Makna Sakral di Balik Festival
BACA JUGA:Dugaan Korupsi Rp Miliaran di Setwan DPRD Bengkulu: 200 Saksi Diperiksa, Aliran Uang Ditelusuri!
BACA JUGA:Gubernur Helmi Sambut Konsul Jenderal India, Bengkulu Siap Jalin Kerja Sama Strategis
Prosesi Tabut Tebuang menjadi puncak dari seluruh rangkaian Festival Tabut yang digelar sejak 27 Juni 2025 lalu.
Tradisi ini merupakan bagian dari warisan budaya yang memperingati peristiwa Karbala, tepatnya gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husein, dalam peristiwa penuh duka di tanah Arab.
Tak sekadar ritual keagamaan, Tabut juga telah menjadi event budaya tahunan berskala nasional yang menyedot perhatian ribuan wisatawan lokal dan mancanegara.
BACA JUGA:Gubernur Helmi Hasan Resmi Buka Pagelaran Wayang Kulit PMJB, Angkat Nilai Sejarah dan Kebangsaan
BACA JUGA:Festival Tabut Siap Go Internasional! Pemerintah Pusat Dukung Penuh Promosi ke Dunia