Awards Disway
HONDA

Jejak India di Bengkulu: Dari Tabut, Kebun Keling, hingga Identitas Budaya

Jejak India di Bengkulu: Dari Tabut, Kebun Keling, hingga Identitas Budaya

Tabut, Kebun Keling, hingga identitas budaya merupakan sebuah kisah panjang tentang jejak India di Bengkulu yang jadi perjalanan sejarah, dan akulturasi budaya.--dokumen/rakyatbengkulu.com

“Kalau kita menelusuri sejarah Kebun Keling, jelas sekali bagaimana orang India membentuk komunitas di sini. Dari situ lahirlah bangsa Sipai, yang hingga kini masih bisa dilacak garis keturunannya,” ungkap Ketua Keluarga Kerukunan Tabut (KKT) Bencoolen, Achmad Syiafril.

Kebun Keling hari ini memang tak lagi sepenuhnya dihuni keturunan Sipai, namun jejak historisnya masih terasa kuat, terutama saat Tabut digelar.

Selain faktor migrasi, figur lokal juga memegang peran penting dalam keberlangsungan tradisi ini. Sosok legendaris Syekh Burhanuddin, atau yang lebih dikenal sebagai Imam Senggolo, diyakini menjadi tokoh yang melembagakan Tabut pada era kolonial Inggris sekitar 1685.

BACA JUGA:Tak Gentar Hujan, Ribuan Warga Padati Jalan untuk Saksikan Puncak Festival Tabut 2025

BACA JUGA:Tebuang! Tabut 2025 Resmi Berakhir di Padang Karabela

“Imam Senggolo adalah kunci. Beliau bukan hanya penjaga, tapi juga penguat tradisi Tabut agar tidak hilang ditelan zaman. Ajarannya masih kami pegang sampai hari ini,” kata Syiafril.

Keturunan Imam Senggolo hingga kini dipercaya sebagai penjaga utama sakralitas Tabut. Meski festival ini berkembang menjadi atraksi budaya dan pariwisata, nilai spiritualnya tetap dijaga dengan ketat.

Akulturasi Sosial dan Ekonomi

Jejak India di Bengkulu juga tampak dalam struktur sosial dan ekonomi. Perkawinan antarbudaya antara Sipai dan masyarakat Bengkulu melahirkan generasi baru yang membawa identitas ganda. Mereka berbaur dalam kehidupan sehari-hari, tapi tetap menjaga kebanggaan atas akar sejarahnya.

Selain itu, kedatangan Inggris dan pekerja India turut memperkenalkan masyarakat Bengkulu dengan sistem mata uang. Transaksi ekonomi yang sebelumnya berbasis barter mulai berubah. Jejak ini menjadi salah satu faktor penting modernisasi ekonomi Bengkulu pada masa kolonial.

BACA JUGA:Rilis iPhone 17 Langsung Disindir POCO, Netizen Ramai Bandingkan Desain Kamera

BACA JUGA:Butuh Laptop Baru? Ini 5 Rekomendasi Laptop Paling Worth It di Tahun 2025 untuk Semua Aktivitas

Hari ini, Tabut tidak lagi sebatas ritual keagamaan. Ia telah berkembang menjadi festival budaya yang menarik ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara.

Pemerintah daerah bahkan menjadikannya agenda pariwisata tahunan untuk mempromosikan Bengkulu sebagai destinasi budaya.

Meski demikian, bagi masyarakat Bengkulu, Tabut tetaplah sakral. Prosesi tertentu, seperti pengambilan tanah (mengambil tanah keramat) dan pembuangan tabut, dijalankan dengan penuh khidmat. Bagian inilah yang membedakan Tabut dari sekadar festival biasa.

“Tabut adalah identitas Bengkulu. Ia bukan hanya milik orang Sipai, tapi milik semua orang Bengkulu yang mencintai tradisi ini,” tegas Syiafril.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: