HONDA

Berangkat Haji Hanya Sampai Malaysia, sudah Setor Rp 250 Juta

Berangkat Haji Hanya   Sampai Malaysia, sudah Setor Rp 250 Juta

ilustrasi HAJI--

 

JAKARTA, RAKYATBENGKULU.DISWAY.ID – Sejumlah kasus jemaah haji mujamalah (furoda/undangan dari Saudi) gagal berangkat terus bermunculan.

Sebab, sampai saat ini Arab Saudi tidak kunjung menerbitkan visa haji mujamalah.

Misalnya, yang dialami rombongan jemaah haji mujamalah asal Sulawesi Selatan.

Hingga, 3/7 rombongan yang berisi 31 orang itu masih tertahan di Kuala Lumpur, Malaysia.

BACA JUGA: Bus Pengangkut Calon Jemaah Haji Kecelakaan, Alhamdulillah Semua Selamat

Mereka bahkan sempat diterbangkan ke Thailand, tetapi kemudian kembali lagi ke Kuala Lumpur.

Informasi dari salah satu keluarga jemaah, rombongan tersebut sedang menunggu pesawat tujuan India.

Mereka tetap berharap bisa berhaji dengan visa mujamalah.

Sebab, mereka sudah menyetor ongkos haji sekitar Rp 250 juta per orang.

Untuk rombongan lainnya, ada yang sudah mendarat di Jeddah.

Tetapi, mereka tidak bisa keluar dari bandara.

Petugas bandara tidak mengizinkan mereka keluar karena tidak bisa menunjukkan visa haji.

BACA JUGA: Waspada, Sudah 34 Warga Terpapar DBD

Akhirnya, rombongan yang berisi 46 WNI itu dipulangkan kembali ke tanah air. 

Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag Nur Arifin menuturkan, travel yang mengangkut 41 WNI tersebut tidak memiliki izin sebagai penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK).

Dia menegaskan, haji khusus dan haji mujamalah hanya bisa dilaksanakan oleh PIHK yang berizin resmi dari Kemenag.

’’Berdasarkan hasil investigasi tim kami, pihak travel mendapatkan visa (haji) dari Singapura.

Dan, ternyata visa itu palsu,’’ jelasnya. Karena itu, sesampainya di Jeddah, otoritas Arab Saudi menolak mereka. 

Arifin mengatakan, pelaksanaan haji harus memenuhi aspek syariah.

Salah satunya, tidak boleh ada unsur penipuan atau pelanggaran hukum.

Menurut dia, berangkat haji kategori apa pun melalui travel tidak berizin resmi adalah pelanggaran undang-undang.

BACA JUGA: Rumah Pensiunan PNS Ludes Terbakar

Dia menjelaskan, mujamalah adalah visa undangan dari raja Arab Saudi.

’’Mujamalah itu adalah tamu kehormatan raja Arab Saudi. Maka, pada dasarnya gratis. Karena seluruh biaya ditanggung Kerajaan Saudi,’’ tuturnya.

Tetapi dalam perkembangannya, ada visa mujamalah yang tidak gratis.

Bahkan, biayanya bisa mencapai Rp 500 juta/jamaah. Visa mujamalah dengan biaya fantastis tersebut dimanfaatkan oleh oknum di Arab Saudi bekerja sama dengan travel lokal di Indonesia. 

Sementara itu, kalangan PIHK di Indonesia mulai pesimistis bisa mengirim jemaah haji mujamalah dengan visa resmi.

Bahkan, ada sebagian yang sudah mengumumkan pembatalan.

Jemaah yang sudah menyetor sejumlah uang dijanjikan diberangkatkan tahun depan. Atau bisa mengambil uangnya dengan beragam ketentuan.

BACA JUGA: 8 Saksi Diperiksa, Polisi Dalami SOP Tempat Hiburan Karaoke Ayu Ting Ting

Beberapa PIHK yang mengumumkan pembatalan keberangkatan itu tergabung dalam Sarikat Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (Sapuhi).

Ketua Umum Sapuhi Syam Resfiadi mengatakan, dalam memberangkatkan haji mujamalah, mereka membentuk Konsorsium Sapuhi.

’’Ada 127 pax (calon jemaah haji mujamalah, Red),’’ kata Syam.

Syam mengakui tahun ini sangat sulit mendapatkan visa haji mujamalah.

Apalagi waktu sudah mendekati closing date bandara Jeddah, yaitu 3 Juli 2022, pukul 23.59 waktu setempat.

’’Keberangkatan di-reschedule menjadi keberangkatan musim haji 2023,’’ katanya.

Bagi calon jemaah yang tidak membatalkan keberangkatannya, akan diberikan kompensasi umrah gratis pada periode November 2022 atau Januari–Maret 2023.

Calon jemaah juga bisa mengajukan pembatalan. Mereka tidak dikenai biaya atau denda terhadap ongkos hotel, manasik, dan seragam batik.

BACA JUGA: Di Bengkulu, Aplikasi MyPertamina Belum Diberlakukan, Sopir Keberatan

Syam mengatakan, sampai saat ini tidak ada alasan resmi dari Saudi mengapa penerbitan visa haji mujamalah sangat sulit.

Dia menduga karena ada lonjakan jemaah haji domestik atau dalam negeri.

Dari target sekitar 150 ribu, jumlahnya meningkat menjadi 200 ribu jemaah.

Sementara itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Budi Sylvana meminta jemaah haji memperbanyak istirahat tiga hari menjelang rangkaian ibadah wajib di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Pasalnya, dibutuhkan kondisi fisik yang prima untuk dapat mengikuti rangkaian ibadah tersebut.

Petugas haji pun ditugaskan untuk mengingatkan jamaah haji agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan menjelang puncak haji nanti.

”Paling tidak tiga hari sebelum Armuzna. Perbanyak istirahat di hotel, pastikan stamina dan kesehatan terjaga sebelum puncak haji,’’ ujarnya.

Budi berharap jemaah haji Indonesia dapat beribadah dalam kondisi kesehatan yang terbaik.

Mengingat, 63 persen jemaah haji Indonesia merupakan jemaah haji risiko tinggi.

Karena itu, jemaah perlu menghemat energi untuk dapat beribadah dengan prima di Armuzna.

”Agar jemaah tidak lelah dan stres,’’ katanya.

Menurut dia, hal itu bisa memicu kekambuhan penyakit. Salah satu cara terbaik untuk menghindarinya adalah dengan istirahat.

Untuk itu, lanjut dia, strategi promosi kesehatan mulai difokuskan pada kampanye untuk istirahat dari beraktivitas di luar hotel.

Tujuannya, persiapan menghadapi Armuzna.

Koordinator Promosi Kesehatan dr Edi Supriyatna menambahkan, pesan-pesan agar aktivitas fisik jemaah haji disesuaikan dengan kondisi kesehatannya juga terus digaungkan.

Materi promosi berfokus pada minum jangan tunggu haus, minum air dicampur elektrolit (oralit), minum obat secara teratur, hingga pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang memiliki penyakit komorbid.

”Penggunaan masker dan payung agar terhindar dari sengatan matahari, berhenti merokok, dan penyesuaian aktivitas untuk menghindari kelelahan. Ini terus kita gaungkan,’’ paparnya.

BACA JUGA: Kepergok Polisi, Sabu Dibuang ke Selokan

Dia menekankan bahwa pendekatan dan edukasi telah diberikan langsung kepada jemaah haji di tiap kloter.

Setiap hari tim promosi kesehatan bergerilya memanfaatkan semua sarana dan prasarana yang ada untuk terus menyampaikan pesan-pesan promosi kesehatan.

”Salah satunya, menggunakan sunah Rasulullah saat minum. Kita lakukan edukasi jangan tunggu haus,’’ ungkapnya. (wan/mia/c6/oni)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: