HONDA

Jadi Salah Satu Suku Terbesar di Bengkulu, Ini Asal Usul Suku Rejang Berdasarkan Catatan Sejarah

Jadi Salah Satu Suku Terbesar di Bengkulu, Ini Asal Usul Suku Rejang Berdasarkan Catatan Sejarah

Jadi Salah Satu Suku Terbesar di Bengkulu, Ini Asal Usul Suku Rejang Berdasarkan Catatan Sejarah--@JunaidiIbnuRahman

BACA JUGA:Benarkah Kehidupan Suku Enggano Bengkulu Terlukis dalam Relief di Kuil Hatshepsut Mesir?

Selain itu mereka juga mencatat larangan menari antara bujang/gadis Tubei dengan gadis/ bujang Merigi pada waktu Kejei, dikarenakan mereka berasal dari satu keturunan, yaitu keturunan petulai Tubei.

3. Kemudian Dr. J.W. Van Royen, di dalam penulisan sejarahnya mengatakan kalau Rejang Lebong merupakan kelompok Rejang yang paling murni.

Sedangkan Rejang Musi dan Rejang Lembak yang mendiami wilayah Lais dan Kota Bengkulu, dan Rejang Pesisir yang dinamai Rejang Empat Lawang dan Rejang Rawas.

Berdasarkan riwayat lain, Suku Rejang pada awalnya mereka ini hidup sebagai pengembara di wilayah Lebong.

BACA JUGA:Eksplorasi Budaya Suku Minangkabau dengan Matrilinealisme: Suku Turun dari Ibu bukan Ayah

Akan tetapi pada zaman Ajai (pemimpin suatu kelompok), Suku Rejang ini mulai menetap pada suatu tempat, dimana berdasarkan riwayat Suku Rejang menyebutkan kalau mereka berasal dari 4 petulai yang masing-masing dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut dengan Rejang Ajai.

Lalu di masa pemerintahan Ajai ini, daerah Lebong masih disebut dengan nama Renah Sekalawi atau Pinang Belapis, sedangkan Palembang disebut dengan Selebar Daun dan Bengkulu disebut Limau Nipis atau Sungai Serut. 

Adapun Empat Ajai yang memimpin ini ialah Ajai Bitang, Ajai Begelan Mato, Ajai Siang, dan Ajai Tiea Keteko.

Di masa itu, 4 bersaudara dari Majapahit yang melarikan diri ke Palembang selanjutnya ke Renah Sekalawi yaitu Biku Sepanjang Jiwo, Biku Bembo, Biku Bejenggo, dan Biku Bermano. 

BACA JUGA:Asal Usul Nenek Moyang Suku Bangsa Indonesia, Ini Dia Pendapat Para Ahli

Dimana mereka ini adalah utusan dari kerajaan Majapahit dan bertujuan untuk memperkenalkan kerajaan Majapahit.

Pada saat perjalanan mereka di Renah Sekalawi ini membawa perubahan besar, mereka berempat ini memimpin petulai dan memperbaiki adat istiadat, termasuk hukum gawah mati, dengan adaptasi budaya Hindu yang juga terlihat di dalam perkembangan adat pada masa itu.

Selama masa Ajai, terjadi peristiwa penting pada saat 4 Biku ini berusaha menebang pohon Benuang Sakti yang dipercayai menyebabkan malapetaka. 

Setelah berbagai upaya awal gagal, akhirnya mereka meminta petunjuk dari Sang Hyang yang akhirnya bisa berhasil merobohkan pohon itu dengan bantuan 7 gadis muda sebagai penggalangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: