Sarat akan Makna, Kain Tenun Tradisional Suku Rejang Bengkulu serta Kedudukan Wanita yang Memakainya
Kain tenun tradisional Suku Rejang Bengkulu serta kedudukan wanita yang memakainya, sarat akan makna.--Facebook.com/Novriananda
Adapun yang membedakannya ialah komposisi bahan pewarnanya dan lama perendaman benangnya saja.
Pada suku Rejang ini, Pemakaian warna alami ini mencerminkan kehidupan yang penuh kejujuran.
Terdapat beberapa warna yang sarat akan kepercayaan masyarakat suku Rejang pada kain tenun tertentu.
Seperti pada kain Ambin Sukariman dan Tanggo Kundu, dimana warna hitam melambangkan persembahan untuk dewa-dewa yang menguasai bumi dan gunung.
BACA JUGA:Lemea, Makanan Khas Suku Rejang Berbahan Bambu Muda Fermentasi, Lezat Sekali!
Pada warna merah ditujukan untuk dewa-dewa Kahyangan sebagai penangkal penyakit yang datang dari atas melalui angin dan hujan.
Begitu juga dengan warna kuning dan putih yang dipercaya sebagai penangkal malapetaka yang datang dari lautan dan menolak balak untuk bayi yang baru lahir.
Adapun kain tenun ini juga memiliki fungsi lain di dalam beberapa aspek kehidupan masyarakat suku Rejang.
Seperti aspek sosial, religi dan juga aspek estetika.
BACA JUGA:Asal Usul Suku Lembak, Salah Satu Suku Bangsa Asli Bengkulu
Untuk wanita suku rejang ini, kain merupakan perhiasan kedua bagi mereka.
Tidak hanya berfungsi sebagai penutup kepala, gendongan bayi ataupun sebagai paduan dari busananya.
Tidak semua kain tenun tradisional suku rejang ini bisa dipakai oleh semua wanita.
Di beberapa kain dibedakan secara status, fungsi hingga ada panjatan doa yang terselip secara khusus ditujukan untuk wanita yang memakai kain tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: