Ancaman Stunting Masih Tinggi, Lebong Fokus Perkuat Posyandu dan Edukasi Keluarga

Anak bermain bola di depan Kantor Dinkes Lebong--Dok/ KORANRB.ID
RAKYATBENGKULU.COM – Masalah stunting masih menjadi pekerjaan rumah serius bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebong.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebong mencatat, sebanyak 108 balita mengalami stunting selama periode Januari hingga Maret 2025.
Yang lebih mengkhawatirkan, empat di antaranya juga mengidap penyakit penyerta seperti cerebral palsy, yang memperparah kondisi tumbuh kembang anak.
“Penanganan gizi dan pencegahan stunting pada anak di bawah dua tahun sangat sulit jika sudah disertai penyakit penyerta,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Lebong, Sumarmi, Jumat (20/6).
BACA JUGA:Tiga Warga Bengkulu Diciduk, Polisi Bongkar Jaringan Sabu Asal Jambi
BACA JUGA:Kaur Siapkan Kejutan Budaya dan UMKM di Festival Tabut Bengkulu 2025
Ia menegaskan, balita dengan kondisi tersebut memerlukan intervensi jangka panjang, baik dari sisi medis maupun pemantauan gizi secara ketat.
Dinkes Lebong sendiri menargetkan 6.733 balita untuk dilakukan pemeriksaan tumbuh kembang secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
Namun hingga akhir Maret, baru 3.441 balita yang telah diperiksa.
Artinya, masih ada 3.293 balita yang belum terjaring layanan deteksi dini.
BACA JUGA:Misteri Kematian Tragis Rasmareta, Harapan Terakhir Seorang Ibu: Temukan Pembunuh Anakku!
BACA JUGA:Ancaman Pembatalan PPPK Tahap II, THLT Seluma Siap Gelar Aksi Damai
“Ini tantangan besar yang harus kita selesaikan bersama. Masih banyak anak belum tersentuh pemeriksaan karena berbagai alasan, salah satunya orang tua yang sibuk bekerja dan lupa membawa anaknya ke posyandu,” jelas Sumarmi.
Ia menambahkan, masalah stunting bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: