Jumlah Kasus Menurun, Tapi Kekerasan Psikis Masih Bayangi Anak Bengkulu

UPTD PPA yang melayani dan memberi pendampingan kepada korban kekerasan di Kota Bengkulu.--Foto KORANRB.ID
RAKYATBENGKULU.COM - Penurunan jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Kota Bengkulu sepanjang 2025 menjadi titik terang dalam upaya perlindungan anak.
Namun, di balik kabar baik itu, bahaya kekerasan psikis justru menjadi tantangan tersembunyi yang mengintai di dalam rumah, ruang yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak.
Data yang dirilis Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kota Bengkulu mencatat, hanya ada 6 kasus anak menjadi korban kekerasan selama 2025, jauh menurun dibandingkan 29 kasus pada 2024.
Penurunan ini patut diapresiasi, tetapi rincian data mengungkap bahwa tantangan sesungguhnya belum selesai.
BACA JUGA:Perkuat Hubungan Bilateral, Konsul Jenderal India di Medan Kunjungi Bengkulu
“Penurunan kasus memang menggembirakan, tapi kekerasan psikis yang mendominasi justru lebih sulit dideteksi dan sering tidak dilaporkan. Ini tantangan kita bersama untuk lebih aktif melakukan pencegahan dan pendampingan,” jelas Kepala UPTD PPA Kota Bengkulu, Lihanudin, S.Sos, Rabu 16 Juli 2025.
Dari enam kasus yang tercatat, kekerasan psikis menempati posisi tertinggi (3 kasus), disusul kekerasan fisik (2 kasus), dan kekerasan seksual (1 kasus).
Jika dibandingkan tahun sebelumnya, kekerasan fisik sempat mendominasi dengan 27 kasus, sementara psikis 15 kasus.
Data juga menunjukkan bahwa anak usia remaja (13–17 tahun) adalah kelompok paling rentan, dan mayoritas korban berasal dari jenjang pendidikan SLTP dan SLTA.
Ironisnya, lima dari enam kasus terjadi di dalam rumah, dan pelakunya sebagian besar adalah orang tua sendiri.
BACA JUGA:Sidang Gratifikasi Mantan Gubernur Bengkulu: Uang Rp30 Miliar untuk Pilkada Disorot
Fakta ini menegaskan bahwa literasi pengasuhan dan keamanan dalam rumah tangga perlu menjadi prioritas utama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: