Kulit kolang kaling yang sudah dimasukan ke dalam bak tanah tadi disiram dengan menggunakan cairan EM4 bercampur air dan gula pasir.
Kemudian ditutup dengan rapat menggunakan terpal. Dan jika menggunakan drum bekas, pastikan tertutup rapat sehingga fermentasi kulit kolang kaling bisa maksimal.
Setelah fermentasi seminggu, kolang kaling tersebut dibuka dan diaduk merata.
Kemudian ditutup rapat kembali, dan lamanya fermentasi paling tidak 1 bulan untuk membuat limbah kulit kolang kaling hancur.
BACA JUGA:Waspada TB Paru di Rejang Lebong! Terdeteksi 198 Penderita, 4 Diantaranya Meninggal Dunia
Sebulan fermentasi, limbah kulit kolang kaling yang telah hancur disaring menggunakan kain tipis atau saringan santan, untuk memisahkan ampas kulit kolang kaling dan pupuk organik cair.
Setelah itu, pupuk organik cair tersebut bisa disimpan dalam dirigen dan ditutup rapat disimpan di lokasi yang sejuk.
Sedangkan untuk ampas limbah kulit kolang kaling yang telah difermentasikan juga bisa digunakan untuk pengolahan lahan pertanian, sebagai pengganti kohe kambing atau kohe ayam.
Pupuk organik cair kolang kaling bisa dimanfaatkan untuk pengecoran tanaman sayuran pada masa vegetatif, dengan manfaat mencegah penyakit layu fusarium pada tanaman sayuran.
BACA JUGA:Desa Unik di Indonesia ! Penduduknya Nyaris Para 'Manusia Kepiting' Semua
Dengan Interval rutin 1 minggu sekali secara tunggal, tidak bercampur pupuk kimia lainnya.
Memasuki masa genaratif, pengecoran pupuk organik cair dihentikan diganti dengan pupuk lain yang mengandung phospat dan kalium tinggi untuk pembungaan dan pembesaran buah.(**)