HONDA

Tarif Naik Borobudur Picu Kontroversi, Astindo Jateng Beri Penjelasan

Tarif Naik Borobudur Picu Kontroversi, Astindo Jateng Beri Penjelasan

   

JAKARTA, rakyatbengkulu.com — Pro Kontra langsung meletus tatkala Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan rencana kenaikan tarif masuk ke Candi Borobudur bagi wisatawan lokal yang mulanya hanya Rp. 50-60 ribu per orang menjadi Rp. 750 ribu per orang.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Luhut di sela-sela kunjungannya ke Borobudur pada Sabtu dan Minggu (4-5) Mei lalu. Dalam kesempatan tersebut, pria yang akrab disapa opung ini menyampaikan ketetapan baru tarif Borobudur yakni USD 100 untuk wisatawan mancanegara serta Rp. 750 untuk wisatawan lokal.

Namun ada satu kelompok yang dikecualikan dalam ketentuan baru tersebut. Yakni kelompok pelajar. “Untuk pelajar cukup membayar Rp. 5.000 rupiah saja,” jelas Luhut (4/6). Selain menaikkan tarif. Luhut mengumumkan akan membatasi turis yang bisa masuk ke Borobudur menjadi maksimum 1.200 orang per hari saja.

Luhut mengatakan, kebijakan ini diambil dengan dasar preservasi karena ditemukannya beberapa kerusakan di tubuh kuil Buddha warisan Dinasti Syailendra tersebut. Meskipun semua kebijakan baru tersebut kata Luhut belum akan berlaku setidaknya sampai sebulan ke depan. BACA JUGA: Lemari Es atau Kulkas? Ini 3 Definisi Menurut KBBI

Sebelumnya memang terdengar desas-desus bahwa Borobudur mengalami kerusakan. Bahkan sempat dikabarkan miring dan melesak ke dalam tanah. Namun, hal ini dibantah oleh Ketua Umum Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dan peneliti Borobudur Marsis Sutopo.

Marsis mengungkapkan, kekhawatiran soal struktur Borobudur lebih pada ausnya beberapa bagian karena over kapasitas. Saat ini yang paling potensial mengalami aus adalah batuan tangga yang dilewati ribuan wisatawan setiap harinya. “Karena kalau berjalan naik turun dalam posisi menahan dan tergesek sepatu juga,” jelas Marsis.

Kemudian banyak relief dinding yang terlihat mengalami kerusakan karena faktor lingkungan berupa panas, hujan, angin, penggaraman, dan faktor usia. Kemudian ada juga faktor yang disebabkan oleh evaporasi setelah hujan. “Juga karena berbagai jasad renik berupa lumut, jamur, batu dan algae yang tumbuh di atas permukaan batu,” katanya.

Untuk struktur yang miring atau ambles ke dalam tanah, Marsis mengungkapkan sejauh ini belum terdeteksi. Karena kuil 9 tingkat tersebut dimonitor dan diukur dengan alat-alat modern. BACA JUGA: Siapkan 10.000 Tusuk Sate Gurita

Yang paling mengkhawatirkan justru jumlah pengunjung yang terus bertambah dari waktu ke waktu dan melebihi daya tampung fisiknya. Marsis mengilustrasikan, dengan asumsi faktor pemulihan (turnover), bangunan Candi Borobudur hanya mampu menahan 128 orang dalam satu waktu. Sementara halamannya berkapasitas 523 orang kemudian Taman di zona 2 sebanyak 10.308 orang. Baca Selanjutnya>>>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: