8 Ritual Memanggil Hujan, Tradisi Kearifan Lokal Masyarakat Nusantara Saat Kemarau Panjang

BACA JUGA:Wajib Lestarikan Kearifan Lokal BS

Ritual ini dilakukan oleh dua kelompok pria dewasa yang saling pukul dengan rotan yang dilengkapi tameng sebagai pelindung.

Sebagai penengahnya, pertarungan ini dipimpin oleh wasit yang disebut Saye. menurut warga Karangasem, darah yang ditimbulkan dari pertarungan gebug ende ini diyakini bisa mendatangkan hujan.

6. Tradisi Ojung, Bondowoso

Pada setiap akhir musim kemarau yang panjang, warga desa Tapen, Kecamatan Bondowoso, Jawa Timur, berkumpul untuk menyaksikan ritual Ojung. 

Adapun ritual ini dilakukan sebagai permohonan untuk memanggil hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

BACA JUGA:HUT Ke-1 IKA SEMAKU Kepahiang, Ratusan Ibu-ibu Rebutan Ikan di Kolam, Ajak Masyarakat Lestarikan Tradisi Nyama

Pada ritual ojung ini, dua orang pria berhadapan dengan bertelanjang dada sambil menggenggam erat sebatang rotan dan pertarungan ini akan dipimpin oleh seorang wasit.

7. Tradisi Cowongan, Banyumas

Pada ritual memanggil hujan ini cukup unik, karena hanya boleh ditarikan oleh 10 perempuan di Desa Plana, Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. 

Diketahui para pelaku cowongan ini memaknai cowongan sebagai simbol permohonan dan bukti pengabdian mereka terhadap peninggalan budaya para leluhur. 

Mereka menjalani ritual cowongan ini dengan ikhlas, niat yang tulus dan tanpa paksaan karena cowongan merupakan hal yang keramat.

BACA JUGA:Tradisi Nyadran, Airlangga Ziarah Makam Keluarga di Astana Oetara Solo

Diketahui cowongan ini mengandung arti blepotan di wajah, dengan media boneka yang dirasuki bidadari yang dipercaya dapat memanggil hujan. 

Adapun boneka cowongan ini hanya boleh dipegang oleh kaum lelaki, dan cowongan hanya dilakukan pada musim kemarau yang sangat panjang. 

Sumber: