HONDA

Dorong Pengembangan Komoditas Sagu Sebagai Pengganti Beras, Ini yang Dilakukan Kemenperin

Dorong Pengembangan Komoditas Sagu Sebagai Pengganti Beras, Ini yang Dilakukan Kemenperin

Kemenperin Mendorong Pengembangan Komoditas Sagu Sebagai Pengganti Nasi --Instagram/lindungihutan

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI) mendorong pengembangan komoditas pangan sagu sebagai pengganti beras sehingga produk lokal ini bisa menjadi salah bentuk ketahanan.

Sagu menjadi pilihan tepat karena produk pangan lokal ini memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim dan cuaca, sehingga bisa menjadi pengganti nasi, tidak seperti padi yang rentan terhadap iklim.

"Pohon sagu dapat tetap tumbuh meskipun saat banjir atau saat masa kekeringan karena kemarau panjang," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika dikutip KoranRB.ID.

Hal ini disampaikannya di sela-sela acara Business Matching 2024 Belanja Produk Dalam Negeri di Bali beberapa waktu lalu.

BACA JUGA:Berasal dari Keluarga Katolik yang Taat, Ini Kisah Cinta Gibran - Selvi

Lebih lanjut, pohon sagu tidak terdampak fenomena alam seperti La Nina dan El Nino. Lahan sagu yang dimiliki Indonesia mencapai 5,5 juta hektar berpotensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan sumber karbohidrat utama nasional.

Putu Juli Ardika jugamenjelaskan, luasnya lahan sagu ini dapat menjadi cadangan pangan sumber karbohidrat yang besar untuk dalam negeri maupun dunia yang harus menjadi konsen serius pemerintah.

Walaupun pengolahan sagu dalam negeri belum secara masif dilakukan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan hilirisasi sagu di dalam negeri.

Pada tahun 2023, Kemenperin bekerja sama dengan beberapa industri besar produsen pati sagu untuk meningkatkan utilisasi produksinya untuk mendukungan diversifikasi produk olahan pati sagu. 

BACA JUGA:Tekan Angka Inflasi Jelang Ramadan, Pasar Murah di Bengkulu Selatan Sediakan 6 Ton Beras

“Masih sangat rendah di bawah 30% utilisasi produksi industri pati sagu nasional saat ini ,” jelasnya.

Dampak dari keterbatasan industri dalam memperoleh bahan baku empulur sagu yang minim.

Juga lokasi untuk mendapatkan empulur sagu yang jauh, belum lagi sifatnya yang mudah rusak karena cepat teroksidasi, sehingga minimnya industri yang tidak dapat memperoleh bahan baku tersebut.

Dalam mengembangkan model bisnis industri pati sagu dengan menggunakan sagu basah produksi UMKM sebagai bahan baku industri pati sagu didukung Pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: