Anak Mengalami Trauma Makan? Ini Cara Mengatasinya Ala Nikita Willy

"Alhamdulillah ini berhasil karena dia mengikuti rasa laparnya, jadi saat dia lapar, dia makan tanpa henti," kata Nikita.

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI, Dr. Titis Prawitasari, SpA(K), menyatakan bahwa anggota keluarga seperti kakek dan nenek sering kali secara tidak sengaja berperan sebagai distraktor saat waktu makan anak.

BACA JUGA:Pengguna Program KUR di Bengkulu Capai 20.671 Debitur, Total Dana Rp1,44 Triliun

BACA JUGA:Review Samsung Galaxy Watch 4, Ini Kelebihan dan Kekurangannya

Hal ini perlu mendapat perhatian lebih melalui penanaman disiplin dan edukasi yang permisif.

Selain anggota keluarga, hal lain yang dapat mendistraksi anak ketika makan adalah gawai dan aktivitas orang \tua di sekitar meja makan.

"Seringkali anak duduk di high chair, kita (orangtua) berkeliling, makanya anak tidak ada contoh," ujar Titis.

"Jadi bukan hanya gadget, tapi orang di sekelilingnya bisa mendistraksi, belum lagi kalau tinggal di pinggir gang ada suara telolet, teriakan tukang ketoprak, dan lain sebagainya," lanjut Titis.

BACA JUGA:Kabar Duka, 1 Orang Haji Asal Mukomuko Provinsi Bengkulu Wafat di Makkah

BACA JUGA:AMAN Tana Serawai Gelar Musda Pilih Ketua Baru, Perkuat Organisasi dan Perjuangkan Hak Masyarakat Adat

Titis menganjurkan seluruh ibu yang memiliki anak untuk mencegah terjadinya trauma makan lewat konsistensi penerapan pola makan dan kesabaran dalam menerapkannya kepada anggota keluarga lain.

Ia juga menyarankan agar waktu makan anak tidak diberikan dalam waktu yang panjang.

"Pastikan anak itu bukan makan harus di belakang, sunyi, senyap. Makan is makan, jadi tidak usah panjang-panjang durasinya. Cukup 20-30 menit it’s ok, kalau sudah kenyang kita sudahi, nanti kasih lagi begitu dia lapar," pungkasnya.

Sumber: