BACA JUGA:Basemah, Suku Asli Bukit Barisan di Sumatera Selatan: Sejarah, Budaya, dan Ciri Khasnya
Gundah gulana mengiringi kembali pengembaraan orang sakti itu.
Hingga di bagian lain tepian hutan dekat dengan danau, dia melihat sebuah gubuk tua.
Ternyata penghuninya seorang nenek tua sendirian, bernama Nenek Bibi.
Serunting menghampiri gubuk tua itu untuk bermaksud meminta sedikit makanan karena dia sedang lapar.
Sesampai dekat gubuk, perhatiannya berubah ketika melihat selembar kain yang sangat indah.
Belum pernah dilihatnya sebelum ini, kain sebagus dan seindah kain milik Nenek Bibi itu.
BACA JUGA:Tradisi Memanjangkan Telinga 'Telingaan Aruu' Jadi Simbol Kecantikan Masyarakat Suku Dayak
BACA JUGA:Deretan Fakta Unik Suku Batak dari Sumatera Utara, Benarkah Miliki Lebih dari 500 Marga?
Bahkan kain ‘Si Gandoen’ milik putri raja yang ditenun bidadari pun tidak seindah itu. Ini luar biasa.
Ditenun dengan tujuh pola yang berbeda dan indah, dan bersinar-sinar seperti cahaya dari surga.
“Siapa yang menenun kain ini, Nek?” tanya Serunting Sakti sejurus setelah dia bertemu dengan Nenek Bibi.
“Saya sendiri…,” kata pertapa itu ragu-ragu.
"Oh..! Kalau begitu tolong tenunkan kain seperti itu untukku, aku ingin melihatnya dengan mataku sendiri."
BACA JUGA:Asal Usul Suku Serawai Bengkulu Merupakan Keturunan Si Pahit Lidah, Benarkah?
BACA JUGA:Mengenal Suku Dayak Wehea dengan Ritual Lom Plai Sebagai Pesta Panen